Tampilkan postingan dengan label Bangsa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bangsa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Hikayat Raja-Raja Pasai

I
Pemberian Nama Samudera
Maka tersebutlah perkataan Merah Silu (diam) di Rimba Jerau itu. Sekali peristiwa pada suatu hari Merah Silu pergi berburu. Ada seekor anjing dibawanya akan perburuan Merah Silu itu, bernama si Pasai.
Dilepaskannya anjing itu. Lalu, ia menyalak di atas tanah tinggi itu. Dilihatnya ada seekor semut, besarnya seperti kucing. Ditangkapnya oleh Merah Silu semut itu, lalu dimakannya. Tanah tinggi itupun disuruh Merah Silu tebas pada segala orang yang sertanya itu. Setelah itu, diperbuatnya akan istananya. Setelah itu, Merah Silu pun duduklah ia di sana; dengan segala hulubalangnya dan segala rakyatnya diam ia di sana. Dinamai oleh Merah Silu negeri itu Samudera, artinya semut yang amat besar (= raja); di sanalah ia diam raja itu.
II
Pembangunan Negeri Pasai
Kata sahib al-hikayat: Pada suatu hari, Sultan Malik as-Saleh pergi bermain-main berburu dengan segala laskarnya ke tepi laut. Dibawanya seekor anjing perburuan bernama si Pasai itu. Tatkala sampailah Baginda itu ke tepi laut, disuruhnya lepaskan anjing perburuan itu. Lalu, ia masuklah ke dalam hutan yang di tepi laut itu. Bertemu ia dengan seekor pelanduk duduk di atas pada suatu tanah yang tinggi. Disalaknya oleh anjing itu, hendak ditangkapnya. Tatkala dilihat oleh pelanduk anjing itu mendapatkan dia, disalaknya anjing itu oleh pelanduk.
Anjing itupun undurlah. Tatkala dilihat pelanduk, anjing itu undur, lalu pelanduk kembali pula pada tempatnya. Dilihat oleh anjing, pelanduk itu kembali pada tempatnya. Didapatkannya pelanduk itu oleh anjing, lalu ia berdakap-dakapan kira-kira tujuh kali.
Heranlah Baginda melihat hal kelakuan anjing dengan pelanduk itu. Masuklah Baginda sendirinya hendak menangkap pelanduk itu ke atas tanah tinggi itu. Pelanduk pun lari; didakapnya juga oleh anjing itu. Sabda Baginda kepada segala orang yang ada bersama-sama dengan dia itu:
"Adakah pernahnya kamu melihat pelanduk yang gagah sebagai ini? Pada bicaraku sebab karena ia diam pada tempat ini, itulah rupanya, maka pelanduk itu menjadi gagah".
Sembah mereka itu sekalian: "Sebenarnyalah seperti sabda Yang Maha Mulia itu". Pikirlah Baginda itu:
"Baik tempat ini kuperbuat negeri anakku Sultan Malik at-Tahir kerajaan". Sultan Malik as-Salehpun kembalilah ke istananya. Pada keesokan harinya Bagindapun memberi titah kepada segala menteri dan hulubalang rakyat tentera, sekalian menyuruh menebas tanah akan tempat negeri, masing-masing pada kuasanya dan disuruh Baginda perbuat istana pada tempat tanah tinggi itu.
Sultan Malik as-Salehpun pikir di dalam hatinya, hendak berbuat negeri tempat ananda Baginda. Titah Sultan Malik as-Saleh pada segala orang besar: "Esok hari kita hendak pergi berburu".
Telah pagi-pagi hari, Sultan Malik as-Salehpun berangkat naik gajah yang bernama Perma Dewana.
Lalu berjalan ke seberang datang ke pantai. Anjing yang bernama si Pasai itupun menyalak. Sultan Malik as-Salehpun segera mendapatkan anjing itu. Dilihatnya, yang disalaknya itu tanah tinggi, sekira-kira seluas tempat istana dengan kelengkapan, terlalu amat baik, seperti tempat ditambak rupanya. Oleh Sultan Malik as-Saleh tanah tinggi itu disuruh oleh Baginda tebas. Diperbuatnya negeri kepada tempat itu dan diperbuatnya istana. Dinamainya Pasai menurut nama anjing itu. Ananda Baginda Sultan Malik at-Tahir dirayakan oleh Baginda di Pasai itu.
III
Peminangan Seorang Sultan dan Perkawinannya
Kemudian dari itu, Sultan Malik as-Saleh menyuruhkan Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din ke negeri Perlak meminang anak Raja Perlak. Adapun Raja Perlak itu beranak tiga orang perempuan, dan yang dua orang itu anak gehara, dan seorang anak gundik, Puteri Ganggang namanya.
Telah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din datang ke Perlak, ketiga ananda itu ditunjukkannya kepada Sidi ‘Ali Ghijas ad- Din. Adapun Puteri yang dua bersaudara itu duduk di bawah, anaknya Puteri Ganggang itu didudukkan di atas tempat yang tinggi, disuruhnya mengupas pinang.
Dan akan saudaranya kedua itu berkain warna bunga air mawar dan berbaju warna bunga jambu, bersubang lontar muda, terlalu baik parasnya. Sembah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din kepada Raja Perlak:
"Ananda yang duduk di atas, itulah pohonkan akan paduka ananda itu".
Tetapi Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din tiada tahu akan Puteri Ganggang itu anak gundik Raja Perlak. Maka Raja Perlakpun tertawa gelak-gelak, seraya katanya: "Baiklah, yang mana kehendak anakku".
Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952 (dengan penyesuaian ejaan)

Terima kasih: . 

Botak - Naskah Cerita

Oleh Aning Panca A
Hari ini vila megah itu dibersihkan. Sudah lama tidak ada penghuninya.
Ayahku bertugas mengurusi vila itu. Kata Ayah, villa itu milik seorang pengusaha kaya di Jakarta. Minggu depan anak bungsu pemilik vila itu akan tinggal di sana untuk beberapa saat. Itu sebabnya vila itu harus dibersihkan.

Sore ini ibu memintaku untuk membantu membawa barang-barang dari warung. Setelah sampai rumah, kuletakkan barang bawaan ibu di dapur. Aku pun segera mandi sebab aku ingin ikut ayah pergi ke kota. Ada beberapa barang yang harus dibeli.
"Ayah, siapa nama anak pemilik vila itu?" tanyaku sepulang dari kota.
"Namanya Non Bunga. Dia nanti ditemani kakeknya," jelas Ayah. "Kalau tidak salah, Non Bunga itu sebaya kamu," kata Ayah lagi.
"Jadi, sekarang dia kelas VII SMP juga?" tanyaku lagi. Ayah mengangguk.
Sabtu siang. Penghuni baru vila itu telah datang. Suasana di vila yang sunyi itu tiba-tiba menjadi agak ramai. Namun, aku belum melihat anak perempuan yang bernama Bunga.
"Wah, mobil itu mewah sekali," kataku sambil melihat-lihat ke dalam mobil.
"Kapan ya bisa naik mobil seperti ini?" seruku.
Karena terlalu asyik mengamati mobil itu, aku tidak tahu kalau ada mata yang melihat aku dari tadi. Seorang kakek bermata ramah.
"Sekarang juga bisa. Kakek bisa mengantarmu jalan-jalan nanti sore. Kamu Budi, kan?" tanya Kakek itu. Senyumnya ramah juga.
"Dari mana Kakek tahu?"
"Kakek kenal bapakmu sejak hari pertama dia bekerja di vila ini. Waktu itu kamu masih kecil, lincah sekali. Kakek sampai kewalahan menggendongmu."
"Wah, berarti…berarti Kakek ini kakeknya Bunga ya?" tanyaku gembira.
"Benar. Kakek akan tinggal di sini menemani Bunga. Ayah Bunga sibuk dengan urusan kantornya, jadi tidak bisa menemani Bunga di sini," jelasnya.
"Katanya Bunga sakit ya, Kek?" tanyaku penasaran.
"Iya. Sejak kecil Bunga memang sering jatuh sakit. Ia jarang bertemu orang.
Akibatnya, Bunga tidak punya banyak teman."
"Saya mau jadi temannya."
"Ayo, kenalan dengan Bunga sekarang," ajak Kakek bersemangat.
Aku dan Kakek lalu masuk ke ruangan tengah vila. Di situ tampak seorang anak dengan kepala plontos. Ia duduk di atas koper memunggungi kami. Tak mungkin itu Bunga, pikirku, sebab Bunga anak perempuan, bukan laki-laki. Tidak mungkin anak botak itu Bunga!
"Bunga….ada teman yang mau kenalan denganmu sayang," Kakek memegang bahu anak botak itu. Astaga, ternyata dia memang Bunga!
"Waaah… botak!" celetukku tiba-tiba. Aku sendiri kaget dengan katakataku.
Seketika itu muka Bunga merah padam. Kakek juga kaget. Mata Bunga berkaca-kaca. Boneka yang didekapnya dilempar ke arahku. Kena ke mukaku.
Aku hanya bisa berlari keluar ruangan. Malu sekali rasanya. Tak kusangka aku telah berbuat yang tidak sopan. Bagaimana kalau kakek Bunga marah padaku? Kalau Ayah dipecat gara-gara aku? Aku terus berlari.
Lalu sebuah tangan memegang bahuku dari belakang. Ternyata kakek Bunga. Aku tidak mau dianggap anak yang tidak sopan. Aku segera minta maaf.
"Maafkan Budi, Kek! Budi tidak bermaksud untuk tidak sopan. Tadi betulbetul tidak sengaja."
"Tenang saja…" kata Kakek. "Kakek tahu kamu tidak punya niat seperti itu. Tapi bagaimanapun kamu harus minta maaf pada Bunga. Kamu sudah menyinggung perasaannya."
"Saya akan minta maaf, Kek" kataku "Tapi, apa Bunga akan memaafkan saya?
Saya khawatir dia tidak akan memaafkan saya,Kek."
"Kalau belum dicoba, kamu tidak bisa bilang seperti itu."
Tiba-tiba aku mendapat ide. Menurutku, Bunga akan memaafkan aku jika aku melakukan suatu hal. Menurut Kakek, ideku itu bagus. Jadi, aku harus minta izin orang tua.
Aku pun bergegas lari pulang. Kuceritakan ideku pada ibu. Menurut ibu aku harus bertanggung jawab atas semua perbuatanku. Ibu mengizinkan aku melaksanakan ideku.
Kakek lalu mengantarku ke kota. Aku dan Kakek baru tiba di vila pada sore hari. Aku segera menemui Bunga.
"Bunga… aku mau minta maaf atas kejadian tadi siang, " kataku sambil tertunduk. Aku bisa merasakan Bunga menatapku tajam. "Karena itu… sebagai tanda permintaan maafku yang tulus… aku membotaki kepalaku…" kataku sambil melepas topi. "Maafkan aku yaaa…" kataku memelas.
Tiba-tiba Bunga tertawa lepas sambil berkata, "Hahaha… lucu, kamu lucu sekali…" Aku lega. Ternyata Bunga memaafkan aku.
"Aku minta maaf ya, tadi melempar kamu dengan boneka," katanya sambil mengulurkan tangan.
Sejak saat itu, kami bersahabat. Teman-teman sekelas sering bermain bersama kami di vila Bunga. Kami pun membentuk kelompok yang disebut "B" yang berarti Botak. Walaupun yang botak hanya aku dan Bunga.
Sumber: Bobo No. 46/XXXIV, 22 Februari 2007

Dari Buku Sekolah
Terima kasih: - - Toko Barang Pilihan - Persewaan Alat Pesta

Arti beberapa kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Arti beberapa kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berikut di copy dari bukuprku.blogspot.com

Arti beberapa kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
1. Emosi:
a. luapan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
b. keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (gembira, sedih, haru, cinta); keberanian yang bersifat subjektif
c. marah
2. Ekspresi:
a. pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya)
b. pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang
3. Agresif:
a. bersifat atau bernafsu menyerang
b. cenderung (ingin) menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat
4. Normal:
a. menurut aturan atau menurut pola yang umum; sesuai dan tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah
b. bebas dari gangguan jiwa
5. Situasi:
a. kedudukan (letak sesuatu, tempat, dan sebagainya)
b. keadaan

Pentingnya keterbukaan untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa

    Negara Republik Indonesia telah tergalang kesatuannya sejak 17 Agustus 1945. Negara kita, dari sabang sampai merauke tidak dapat dipisahkan. Selama bangsa Indonesia masih mengakui UUD 1945 dan pancasila sebagai dasar negara, maka persatuan dan kesatuan bangsa akan senantiasa tetap terjaga. Indonesia terbentang pada 6° LU - 11° LS dan 95° BT - 141° BT. 
Wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau serta beragam suku, budaya, tradisi, dan adat istiadat. Meski demikian, itu bukanlah suatu penghalang terciptanya persatuan dan kesatuan. Selat dan laut sebagai penghubung antar pulau menjadi satu tanah air, yaitu prinsip negara kesatuan (archipelago). Prinsip ini menjelaskan bahwa negara kita yang terdiri dari ribuan pulau dihubungkan oleh perairan dan laut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, dimana sesuai dengan isi Deklarasi Juanda : Laut teritorial diukur dari tepi pantai sejauh 12 mil laut. Berdasarkan Ordonansi Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim tahun 1939, negara kita hanya 3 mil laut dari pantai tiap pulau ketika air laut surut. Oleh karena itu, pulau-pulau di Indonesia dikelilingi laut teritorial hanya 3 mil laut. Akibatnya selebihnya dari itu terdapat laut bebas yang memberi peluang pihak asing untuk mengambil hasil kekayaan laut lepas antar pulau-pulau Indonesia. Akhirnya pemerintah memutuskan menggunakan konsep baru yang lebih menguntungkan yaitu Deklarasi Juanda, pada 13 desember 1957, yang menetapkan luas laut teritorial Indonesia sejauh 12 mil laut diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar milik Indonesia dengan jarak 12 mil laut dan menggunakan konsep negara kepulauan atau wawasan nusantara.
Konsep ini menegaskan bahwa negara kepulauan merupakan satu kesatuan wilayah yang utuh, yang batas-batasnya ditentukan oleh laut dalam suatu lingkungan yang terdapat pulau-pulau dan gugusan pulau-pulau yang dihuni oleh beragam suku bangsa dan adat istiadat. Perbedaan itu digambarkan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yaitu berbeda-beda namun tetap satu jua. Beragam dialek pun bukan pemicu terjadinya perpecahan, namun justru sebagai pendorong terciptanya bahasa persatuan. Keterbukaan diperlukan agar kita dapat menyerap berbagai kelebihan dan kekurangan kita, sehingga kita dapat mengevaluasi diri dan saling menghargai perbedaan lain yang ada. Kita tidak perlu chauvinisme yaitu terlalu membanggakan suku bangsa sendiri dan meremehkan suku lain.
Berbagai hal yang masuk dan kita terima merupakan sesuatu yang dapat meningkatkan budi pekerti kita dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia menjadi manusia yang berpengetahuan dan berteknologi, yang mampu membawa kemajuan bangsa. Kongres pemuda menghasilkan sumpah pemuda karena kesadaran akan kesatuan wilayah Indonesia. Dan ini menjadi modal utama bagi Indonesia untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan Bangsa. Kerja sama antar negara diperlukan karena tiap negara saling menerima, membutuhkan, dan memberi untuk kepentingan nosional masing-masing yang berguna untuk kesejahterahan rakyatnya.
Ada 2 macam kerjasama, antara lain : bilateral dan multilateral. Kerja sama bilateral adalah kerjasama antara 2 negara, yang dapat berbentuk politik, dagang, perbatasan, keamanan, dan sebagainya. Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya : PBB, ASEAN, dan OPEC. Kerjasama dalam segala bidang dapat terwujud bila tiap negara memiliki keterbukaan. Keterbukaan memang penting bagi tiap individu suatu negara.

Prinsip-Prinsip Resensi Buku Sastra


Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas sebuah buku. Tindakan meresensi buku dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.

Apakah hanya buku yang bisa diresensi? Sebenarnya bidang garapan resensi cukup luas. Apabila diklasifikasikan, ada tiga bidang garapan resensi, yaitu (a) buku, baik fiksi maupun nonfiksi; (b) pementasan seni, seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau kaset; (c) pameran seni, baik seni lukis maupun seni patung.

1. Tujuan Resensi
Sebelum meresensi, hendaknya peresensi memahami tujuan resensi.
Apa sebenarnya tujuan resensi. Jika diamati, pemuatan resensi buku sekurang-kurangnya mempunyai lima tujuan, yaitu sebagai berikut.
a. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu
pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
d. Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit, seperti berikut.
- Siapa pengarangnya?
- Mengapa ia menulis buku itu?
- Apa pernyataannya?
- Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
- Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang lain?
e. Untuk segolongan pembaca, resensi mempunyai tujuan berikut:
- membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih buku;
- setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi;
- tidak ada waktu untuk membaca buku, kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.

2. Dasar-Dasar Resensi
Sebelum meresensi, peresensi perlu memahami dasar-dasar resensi. Apa sajakah dasar-dasarnya? Berikut ini penjelasannya.
a. Peresensi memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku itu.
Tujuan pengarang dapat diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahuluan buku. Kemudian, dicari apakah tujuan itu direalisasikan dalam seluruh bagian buku.
b. Peresensi menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat.
c. Peresensi memahami betul latar belakang pembaca yang menjadi sasarannya: selera, tingkat pendidikan, dari kalangan macam apa asalnya, dan sebagainya. Atas dasar itu, resensi yang dimuat surat kabar atau majalah tidak sama dengan yang dimuat pada surat kabar atau majalah yang lain.
d. Peresensi memahami karakteristik media cetak yang akan memuat resensi. Setiap media cetak ini mempunyai identitas, termasuk dalam visi dan misi. Dengan demikian, kita akan mengetahui kebijakan dan resensi macam apa yang disukai oleh redaksi. Kesukaan redaksi ini akan tampak pada frekuensi jenis buku yang dimuat. Demikian pula, jenis buku yang dimuat biasanya sesuai dengan visi dan misinya. Misalnya, majalah sastra tidak menampilkan resensi buku tentang teknik. Jenis buku yang dimuat pasti buku yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Demikian pula dengan majalah teknik dan filsafat.
Selain itu, peresensi ada baiknya mengetahui media yang akan dituju, seperti surat kabar (nasional atau daerah), dan majalah (ilmiah, ilmiah populer, atau hiburan).

3. Nilai Buku
Kegiatan meresensi buku pada hakikatnya melakukan penilaian terhadap buku. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan, mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan buku dengan penuh tanggung jawab. Dengan penuh tanggung jawab artinya mengajukan dasar-dasar atau argumen terhadap pendapatnya, dan kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk membentuk pendapatnya itu, serta data yang meyakinkan (dengan
menyajikan kutipan-kutipan yang tepat dan relevan). Akan tetapi, sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa, dan teknik) itu sering sulit diterapkan secara mekanis. Suatu unsur, sering lebih mendapat tekanan daripada unsur yang lain. Hal yang patut diperhatikan sebaiknya tidak menggunakan salah satu unsur untuk menilai keseluruhan buku.
Nilai buku akan lebih jelas apabila dibandingkan dengan karyakarya sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang itu sendiri maupun yang ditulis oleh pengarang lain.

4. Bahasa Resensi
Bahasa resensi biasanya bernas (singkat-padat), tegas, dan tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan dengan karakter media cetak yang akan memuatnya dan karakter pembaca yang akan menjadi sasarannya.
Pemilihan karakter bahasa berkaitan erat dengan masalah penyajian tulisan. Misalnya, tulisan yang runtut kalimatnya, ejaannya benar, tidak panjang lebar (bertele-tele), dan tidak terlalu banyak coretan atau bekas hapusan.
Di samping itu, penyajian tulisan resensi bersifat padat, singkat, mudah ditangkap, menarik, dan enak dibaca. Tulisan yang menarik dan enak dibaca artinya enak dibaca baik oleh redaktur (penanggung jawab rubrik) maupun pembaca. Kita perlu membiasakan diri membaca resensi itu dengan menempatkan diri sebagai redaktur atau pembaca. Untuk itu, kita mengambil jarak. Jadikanlah diri kita seolah-olah redaktur atau pembaca. Dengan cara ini, emosi kita sebagai penulis bisa ditanggalkan. Kita akan mampu melihat kekuatan dan kelemahan resensi kita.

5. Kelebihan Resensi
a. Tidak Basi
Jika dibandingkan dengan tulisan lain, seperti berita, artikel, dan karangan khas (features), resensi lebih tahan lama. Artinya, andaipun resensi dikembalikan oleh redaksi, resensi itu masih dapat dikirim ke media lain. Demikian pula buku yang diresensi tidak harus buku yang baru terbit. Kita boleh meresensi buku yang terbit setahun yang lalu, asalkan buku itu belum pernah dimuat di media yang akan dituju. Meskipun demikian, pada umumnya buku yang diresensi, buku-buku yang baru terbit.
b. Menambah Wawasan
Informasi dari buku sangat berguna untuk menambah wawasan berpikir dan mengasah daya kritis. Kita juga bisa menilai apakah buku itu bermutu atau tidak.
c. Keuntungan Finansial
Jika resensi kita dimuat, kita tidak menerima honor dari redaksi saja, tetapi juga dari penerbit. Kalau fotokopi resensi itu dikirim ke penerbit, minimal buku baru yang kita dapat (jika penerbit tidak bersedia memberi honor). Biasanya penerbit akan memberi beberapa buah buku baru untuk diresensi kalau resensi buku kita sering dimuat di media cetak. Jadi, lumayan koleksi buku kita bertambah tanpa harus membeli.

6. Pola Tulisan Resensi
Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas.
a. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang bernas.
b. Menjabarkan (deskripsi) berarti mengungkapkan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dibuat. Jika perlu, bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip.
c. Mengulas berarti menyajikan uraian sebagai berikut:
- isi pernyataan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diinterpretasikan;
- organisasi atau kerangka buku;
- bahasa;
- kesalahan cetak;
- membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun karya pengarang lain;
- menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku.
Urutan pola meringkas, menjabarkan, dan mengulas itu dapat pula dipertukarkan. Kita bisa langsung mengulas, menjabarkan, dan meringkas. Misalnya, kita mulai dari kesan terhadap buku, membandingkan, lalu masuk ke bagian meringkas. Sesudah itu, kita memadatkan persoalan utama atau bagian terpenting dalam uraian yang singkat dan jelas. Kemudian, kita perlu menjabarkan bagian-bagian terpenting dari sinopsis. Kita pun dapat mulai dari menjabarkan, meringkas, dan mengulas. Namun, satu hal terpenting, isi pernyataan dalam buku itu dipahami terlebih dahulu.
Dari pemahaman itu, kita akan tahu pola mana yang tepat untuk menyajikannya.

7. Langkah-Langkah Meresensi Buku
Langkah-langkah meresensi buku sebagai berikut.
a. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.
- Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi buku.
- Siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format, hingga harga.
- Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis, hingga mengapa ia menulis buku itu.
- Buku itu termasuk golongan buku yang mana: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, atau sastra.
b. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.
c. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
d. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
e. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.
- Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
- Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya.
- Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.
- Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).
Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya.

8. Unsur-Unsur Resensi
Kita perlu mengetahui unsur-unsur yang membangun resensi buku. Apa saja unsur-unsur yang membangun resensi buku?
a. Membuat Judul Resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Hal yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
b. Menyusun Data Buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
- judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan.
Kalau demikian, tuliskan juga judul aslinya.);
- pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
- penerbit;
- tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
- tebal buku;
- harga buku (jika diperlukan).
c. Membuat Pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
- memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
- membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
- memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
- memaparkan keunikan buku;
- merumuskan tema buku;
- mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
- mengungkapkan kesan terhadap buku;
- memperkenalkan penerbit;
- mengajukan pertanyaan;
- membuka dialog.
d. Tubuh atau Isi Pernyataan Resensi Buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal berikut:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.

Terima kasih: pagar.omasae.com

Riwayat J.K. Rowling dan Harry Potter

Judul Buku : Wawancara dengan J.K. Rowling, Pencipta Harry Potter
Penulis : Lindsey Fraser
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2004
Tebal : 64 halaman


Boleh dikatakan, pembaca buku di seluruh dunia tak ada yang tidak kenal Harry Potter. Serial Harry Potter, yang telah terbit lima dari tujuh seri yang direncanakan, telah menyihir semua orang, tidak peduli apakah itu anak-anak, remaja, atau orang tua. Film yang diangkat dari buku ini juga berhasil membius para penonton segala usia.
Buku serial Harry Potter memang telah menjadi fenomena sejarah perbukuan dunia.
Diterjemahkan ke dalam 61 bahasa dan terjual lebih dari 250 juta eksemplar di 200 negara, setiap seri dari buku ini mencatatkan jejak yang luar biasa. Buku kelima serial Harry Potter, Harry Potter and the Order of the Phoenix, memecahkan rekor sebagai buku terlaris sepanjang masa. Buku ini juga tercatat sebagai satu-satunya buku yang menjadi bestseller bahkan sebelum bukunya selesai ditulis, saking banyaknya pembaca yang memesan terlebih dulu. Kehadiran Harry Potter bahkan berhasil mencerahkan industri perbukuan dunia, di antaranya menyelamatkan krisis yang dialami Penerbit Scholastic dan kios buku maya www.amazon.com.
Demikian juga dengan J.K. Rowling alias Joanne Kathleen Rowling, penulis buku itu.
Meski tidak akan bisa melampau keterkenalan tokoh ciptaannya, namanya telah menjulang ke puncak ketenaran. Berkat Harry Potter pula J.K. Rowling menjadi wanita Inggris yang kekayaannya melebihi Ratu Elizabeth II. Berbagai penghargaan tak terhitung lagi diterimanya berkat buku ini, juga gelar keningratan Kerajaan Inggris OBE (Order of the Siapakah sesungguhnya J.K. Rowling dan bagaimana Harry Potter diciptakan? Inilah barangkali pertanyaan terbesar yang diajukan banyak orang. Ini pula yang ditelisik Lindsey Frazer dalam buku Wawancara dengan J.K. Rowling, pencipta Harry Potter M. Lindsey Fraser adalah seorang pemerhati buku anak-anak ternama dan pemimpin sebuah organisasi yang mendorong minat baca dan memperkenalkan bacaan anak. Melalui buku kecil ini, ia berhasil menguak latar belakang kehidupan J.K. Rowling, bagaimana ide penciptaan kisah Harry Potter, proses penulisan dan resep apa yang digunakan sehingga buku ini mencapai kesuksesan yang luar biasa, termasuk juga rencana J.K. Rowling dalam penulisan dua buku terakhirnya nanti.
Buku ini juga memaparkan tinjauan ringkas dan padat atas lima seri Harry Potter yang telah diterbitkan.

Sumber: Matabaca, 7 Maret 2004
Terima kasih: pagar.omasae.com

Hikayat Raja-Raja Pasai

I
Pemberian Nama Samudera
Maka tersebutlah perkataan Merah Silu (diam) di Rimba Jerau itu. Sekali peristiwa pada suatu hari Merah Silu pergi berburu. Ada seekor anjing dibawanya akan perburuan Merah Silu itu, bernama si Pasai.
Dilepaskannya anjing itu. Lalu, ia menyalak di atas tanah tinggi itu. Dilihatnya ada seekor semut, besarnya seperti kucing. Ditangkapnya oleh Merah Silu semut itu, lalu dimakannya. Tanah tinggi itupun disuruh Merah Silu tebas pada segala orang yang sertanya itu. Setelah itu, diperbuatnya akan istananya. Setelah itu, Merah Silu pun duduklah ia di sana; dengan segala hulubalangnya dan segala rakyatnya diam ia di sana. Dinamai oleh Merah Silu negeri itu Samudera, artinya semut yang amat besar (= raja); di sanalah ia diam raja itu.

II
Pembangunan Negeri Pasai
Kata sahib al-hikayat: Pada suatu hari, Sultan Malik as-Saleh pergi bermain-main berburu dengan segala laskarnya ke tepi laut. Dibawanya seekor anjing perburuan bernama si Pasai itu. Tatkala sampailah Baginda itu ke tepi laut, disuruhnya lepaskan anjing perburuan itu. Lalu, ia masuklah ke dalam hutan yang di tepi laut itu. Bertemu ia dengan seekor pelanduk duduk di atas pada suatu tanah yang tinggi. Disalaknya oleh anjing itu, hendak ditangkapnya. Tatkala dilihat oleh pelanduk anjing itu mendapatkan dia, disalaknya anjing itu oleh pelanduk.
Anjing itupun undurlah. Tatkala dilihat pelanduk, anjing itu undur, lalu pelanduk kembali pula pada tempatnya. Dilihat oleh anjing, pelanduk itu kembali pada tempatnya. Didapatkannya pelanduk itu oleh anjing, lalu ia berdakap-dakapan kira-kira tujuh kali.
Heranlah Baginda melihat hal kelakuan anjing dengan pelanduk itu. Masuklah Baginda sendirinya hendak menangkap pelanduk itu ke atas tanah tinggi itu. Pelanduk pun lari; didakapnya juga oleh anjing itu. Sabda Baginda kepada segala orang yang ada bersama-sama dengan dia itu:
"Adakah pernahnya kamu melihat pelanduk yang gagah sebagai ini? Pada bicaraku sebab karena ia diam pada tempat ini, itulah rupanya, maka pelanduk itu menjadi gagah".
Sembah mereka itu sekalian: "Sebenarnyalah seperti sabda Yang Maha Mulia itu". Pikirlah Baginda itu:
"Baik tempat ini kuperbuat negeri anakku Sultan Malik at-Tahir kerajaan". Sultan Malik as-Salehpun kembalilah ke istananya. Pada keesokan harinya Bagindapun memberi titah kepada segala menteri dan hulubalang rakyat tentera, sekalian menyuruh menebas tanah akan tempat negeri, masing-masing pada kuasanya dan disuruh Baginda perbuat istana pada tempat tanah tinggi itu.
Sultan Malik as-Salehpun pikir di dalam hatinya, hendak berbuat negeri tempat ananda Baginda. Titah Sultan Malik as-Saleh pada segala orang besar: "Esok hari kita hendak pergi berburu".
Telah pagi-pagi hari, Sultan Malik as-Salehpun berangkat naik gajah yang bernama Perma Dewana.
Lalu berjalan ke seberang datang ke pantai. Anjing yang bernama si Pasai itupun menyalak. Sultan Malik as-Salehpun segera mendapatkan anjing itu. Dilihatnya, yang disalaknya itu tanah tinggi, sekira-kira seluas tempat istana dengan kelengkapan, terlalu amat baik, seperti tempat ditambak rupanya. Oleh Sultan Malik as-Saleh tanah tinggi itu disuruh oleh Baginda tebas. Diperbuatnya negeri kepada tempat itu dan diperbuatnya istana. Dinamainya Pasai menurut nama anjing itu. Ananda Baginda Sultan Malik at-Tahir dirayakan oleh Baginda di Pasai itu.

III
Peminangan Seorang Sultan dan Perkawinannya
Kemudian dari itu, Sultan Malik as-Saleh menyuruhkan Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din ke negeri Perlak meminang anak Raja Perlak. Adapun Raja Perlak itu beranak tiga orang perempuan, dan yang dua orang itu anak gehara, dan seorang anak gundik, Puteri Ganggang namanya.
Telah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din datang ke Perlak, ketiga ananda itu ditunjukkannya kepada Sidi ‘Ali Ghijas ad- Din. Adapun Puteri yang dua bersaudara itu duduk di bawah, anaknya Puteri Ganggang itu didudukkan di atas tempat yang tinggi, disuruhnya mengupas pinang.
Dan akan saudaranya kedua itu berkain warna bunga air mawar dan berbaju warna bunga jambu, bersubang lontar muda, terlalu baik parasnya. Sembah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din kepada Raja Perlak:
"Ananda yang duduk di atas, itulah pohonkan akan paduka ananda itu".
Tetapi Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din tiada tahu akan Puteri Ganggang itu anak gundik Raja Perlak. Maka Raja Perlakpun tertawa gelak-gelak, seraya katanya: "Baiklah, yang mana kehendak anakku".
Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952 (dengan penyesuaian ejaan)
Terima kasih:pagar.omasae.com

Botak - Naskah Cerita

Oleh Aning Panca A
Hari ini vila megah itu dibersihkan. Sudah lama tidak ada penghuninya.
Ayahku bertugas mengurusi vila itu. Kata Ayah, villa itu milik seorang pengusaha kaya di Jakarta. Minggu depan anak bungsu pemilik vila itu akan tinggal di sana untuk beberapa saat. Itu sebabnya vila itu harus dibersihkan.
Sore ini ibu memintaku untuk membantu membawa barang-barang dari warung. Setelah sampai rumah, kuletakkan barang bawaan ibu di dapur. Aku pun segera mandi sebab aku ingin ikut ayah pergi ke kota. Ada beberapa barang yang harus dibeli.
"Ayah, siapa nama anak pemilik vila itu?" tanyaku sepulang dari kota.
"Namanya Non Bunga. Dia nanti ditemani kakeknya," jelas Ayah. "Kalau tidak salah, Non Bunga itu sebaya kamu," kata Ayah lagi.
"Jadi, sekarang dia kelas VII SMP juga?" tanyaku lagi. Ayah mengangguk.
Sabtu siang. Penghuni baru vila itu telah datang. Suasana di vila yang sunyi itu tiba-tiba menjadi agak ramai. Namun, aku belum melihat anak perempuan yang bernama Bunga.
"Wah, mobil itu mewah sekali," kataku sambil melihat-lihat ke dalam mobil.
"Kapan ya bisa naik mobil seperti ini?" seruku.
Karena terlalu asyik mengamati mobil itu, aku tidak tahu kalau ada mata yang melihat aku dari tadi. Seorang kakek bermata ramah.
"Sekarang juga bisa. Kakek bisa mengantarmu jalan-jalan nanti sore. Kamu Budi, kan?" tanya Kakek itu. Senyumnya ramah juga.
"Dari mana Kakek tahu?"
"Kakek kenal bapakmu sejak hari pertama dia bekerja di vila ini. Waktu itu kamu masih kecil, lincah sekali. Kakek sampai kewalahan menggendongmu."
"Wah, berarti…berarti Kakek ini kakeknya Bunga ya?" tanyaku gembira.
"Benar. Kakek akan tinggal di sini menemani Bunga. Ayah Bunga sibuk dengan urusan kantornya, jadi tidak bisa menemani Bunga di sini," jelasnya.
"Katanya Bunga sakit ya, Kek?" tanyaku penasaran.
"Iya. Sejak kecil Bunga memang sering jatuh sakit. Ia jarang bertemu orang.
Akibatnya, Bunga tidak punya banyak teman."
"Saya mau jadi temannya."
"Ayo, kenalan dengan Bunga sekarang," ajak Kakek bersemangat.
Aku dan Kakek lalu masuk ke ruangan tengah vila. Di situ tampak seorang anak dengan kepala plontos. Ia duduk di atas koper memunggungi kami. Tak mungkin itu Bunga, pikirku, sebab Bunga anak perempuan, bukan laki-laki. Tidak mungkin anak botak itu Bunga!
"Bunga….ada teman yang mau kenalan denganmu sayang," Kakek memegang bahu anak botak itu. Astaga, ternyata dia memang Bunga!
"Waaah… botak!" celetukku tiba-tiba. Aku sendiri kaget dengan katakataku.
Seketika itu muka Bunga merah padam. Kakek juga kaget. Mata Bunga berkaca-kaca. Boneka yang didekapnya dilempar ke arahku. Kena ke mukaku.
Aku hanya bisa berlari keluar ruangan. Malu sekali rasanya. Tak kusangka aku telah berbuat yang tidak sopan. Bagaimana kalau kakek Bunga marah padaku? Kalau Ayah dipecat gara-gara aku? Aku terus berlari.
Lalu sebuah tangan memegang bahuku dari belakang. Ternyata kakek Bunga. Aku tidak mau dianggap anak yang tidak sopan. Aku segera minta maaf.
"Maafkan Budi, Kek! Budi tidak bermaksud untuk tidak sopan. Tadi betulbetul tidak sengaja."
"Tenang saja…" kata Kakek. "Kakek tahu kamu tidak punya niat seperti itu. Tapi bagaimanapun kamu harus minta maaf pada Bunga. Kamu sudah menyinggung perasaannya."
"Saya akan minta maaf, Kek" kataku "Tapi, apa Bunga akan memaafkan saya?
Saya khawatir dia tidak akan memaafkan saya,Kek."
"Kalau belum dicoba, kamu tidak bisa bilang seperti itu."
Tiba-tiba aku mendapat ide. Menurutku, Bunga akan memaafkan aku jika aku melakukan suatu hal. Menurut Kakek, ideku itu bagus. Jadi, aku harus minta izin orang tua.
Aku pun bergegas lari pulang. Kuceritakan ideku pada ibu. Menurut ibu aku harus bertanggung jawab atas semua perbuatanku. Ibu mengizinkan aku melaksanakan ideku.
Kakek lalu mengantarku ke kota. Aku dan Kakek baru tiba di vila pada sore hari. Aku segera menemui Bunga.
"Bunga… aku mau minta maaf atas kejadian tadi siang, " kataku sambil tertunduk. Aku bisa merasakan Bunga menatapku tajam. "Karena itu… sebagai tanda permintaan maafku yang tulus… aku membotaki kepalaku…" kataku sambil melepas topi. "Maafkan aku yaaa…" kataku memelas.
Tiba-tiba Bunga tertawa lepas sambil berkata, "Hahaha… lucu, kamu lucu sekali…" Aku lega. Ternyata Bunga memaafkan aku.
"Aku minta maaf ya, tadi melempar kamu dengan boneka," katanya sambil mengulurkan tangan.
Sejak saat itu, kami bersahabat. Teman-teman sekelas sering bermain bersama kami di vila Bunga. Kami pun membentuk kelompok yang disebut "B" yang berarti Botak. Walaupun yang botak hanya aku dan Bunga.
Sumber: Bobo No. 46/XXXIV, 22 Februari 2007

Dari Buku Sekolah
Terima kasih: jayasteel.com

PARA PRAJURIT BLO'ON

PARA PRAJURIT BLO'ON
Oleh : M. Arief G



Dahulu kala, di Cina, hiduplah seorang raja bernama kaisar Yuang. Raja mempunyai permaisuri bernama Ratu Yin. Ia sangat cantik. Sayang sekali ratu yang berparas cantik tidak pernah tertawa. Wajahnya yang ayu senantiasa kelihatan kutuh dan muram. Tak seorang pun tahu apa sebabnya demikian.
Kaisar Yuang keras agar permaisurinya dapat terkenal. Badut-badut kondang dipanggil ke istana. Berbagai tontonan lucu dan menarik digelar. Sayang sekali itu semua tidak berhasil membuat ratu Yin tertawa. Bahkan tersenyum pun tidak. Kaisar Yuang pusing tujuh keliling. Akhirnya ia mengadakan sayembara. Barang siapa membuat permaisuri ketawa akan diberi hadiah satu kantong emas. Sebaliknya, bila gagal akan dihukum. Sayembara dimulai dan tidak seorangpun tidak membuat ratu Yin tertawa.
Selama ini kaisar Yuang tahu bahwa permaisurinya mempunyai kegemaran yang agak aneh. Ratu Ying senang mendengarkan kain sutra lembut yang disobek perlahan-lahan. Bila mendengar suara itu parasnya berubah gembira. Ia tidak cemberut lagi meski tetap tidak dapat tertawa. Bibirnya hanya tersenyum tipis.
Kaisar berpikir barangkali permaisuri akan tertawa apabila mendengar suara kain sutra yang dirobek terus menerus. Kaisar segera memerintahkan tukang tenun di seluruh negri untuk memintal kain sutra. Tak lama kemudian semua benang sutra di negri itu habis dipintal. Beribu-ribu kain sutra diusung ke istana.
Di depan ratu Yin gulungan kain sutra itu sedikit demi sedikit dirobek. Mendengar suara lembut robekan kain sutra itu, wajah permaisuri cerah. Seperti yang sudah-sudah. Permaisuri tidak sampai tertawa, ia hanya tersenyum tipis. Beberapa hari kemudian ketika kain sutra telah habis dirobek, wajahnya kembali muram.

Kaisar Yuang kehabisan akal. Akhirnya ia menanyai permaisuri. “Permaisuriku, katakanlah apa yang dapat membuatmu tertawa. Berbagai cara telah aku lakuka n. engkau tidak pernah ketawa. Apakah ada sesuatu yang dapat membuatmu tertawa?”. “Hanya satu yang membuatku tertawa, kanda.” “katakanlah! Aku akan melakukan apa saja agar engkau dapat tertawa.” “aku akan tertawa bila melihat panglima dan para prajurit berkumpul di depanku dengan wajah blo’on.” “Panglima dan para prajurit blo’on ?!”. kaisar tersentak mendengar permintaan ratu Yin. Ia hanya termangu di kursinya merenung. Akhirnya ia menemukan cara untuk memenuhi permintaan permaisurinya.
Suatu malam yang gelap gulita, kaisar memerintahkan salah satu pengawal pribadinya menyalakan lampu bahaya yang terletak di puncak gunung. Dengan sembunyi-sembunyi pengawal tersebut berjalan menuju gunung. Sebetulnya dia sendiri heran memikirkan perintah kaisar. Lampu bahaya boleh dinyalakan bila keselamatan negara terancam. Mengapa kaisar mengeluarkan perintah menyalakan lampu selama ini? padahal negara dalam keadaan aman, tentram dan damai. Berbagai pertanyaan muncul di otaknya. Namun pengawal itu tidak berani membantah. Iapun segera menyalakan lampu bahaya.
Begitu lampu bahaya menyala, para prajurit jaga dan panglima segera berlari ke istana dengan senjata lengkap. Mereka menduga musuh telah mengepung istana atau ada bahaya yang mengancam keselamatan raja dan ratu Yin.
Sampai di istana, panglima dan para prajurit keheranan. Wajahnya seperti seorang blo’on. Ternyata istana aman. Mereka bingung mengapa lampu bahaya dinyalahkan padahal tidak ada bahaya yang mengancam keselamatan negara atau kaisar dan ratu Yin. Mereka saling pandang satu sama lain.
Melihat wajah panglima dan prajurit yang kelihatan blo’on dan lucu, ratu Yin tertawa terpingkal-pingkal, sangking gembiranya ratu Yin sampai mengeluarkan air mata. Melihat hal itu para prajurit semakin bengong. Dan semakin mereka bengong, semakin keras tawa sang Ratu.


Cerita Yang Lain:
Bundaku
Gadis Hujan
Kidung Sunyi
Pantun Anak-Anak
Pedagang Asongan
PAHLAWAN TAK DIKENAL
PADAMU JUA
Malam Sendu
Bisnis Preview: Presentasi Standar
Tusuk Jelangkung
GANGGUAN GAIB
Umar Bin Khattab bertemu Uskup Sophronius

PENYELAMAT GENERASI MUDA DARI PENGARUH NARKOBA

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Berkembangnya suatu negara berarti begitu banyak hal yang akan muncul dan masalah yang harus diselesaikan. Masalah penyalahgunaan narkoba sampai sekarang masih menjadi masalah yang memusingkan kita semua ditinjau dari berbagai aspek kehidupan. Fenomena ini merupakan suatu kejutan baru dimana banyak tenaga ahli diberbagai bidang belum mampu menyikapi atau mengantisipasi keadaan ini secara optimal. Akibatnya banyak generasi muda yang terjerumus kedalam narkoba dan kehilangan masa depan.

I.2 Tujuan Pembahasan
Dengan mengambil judul “PENYELAMAT GENERASI MUDA DARI PENGARUH NARKOBA “ ini penulis bertujuan :
Agar generasi muda pada umumnya mengetahui bahwa narkoba sangat berbahaya bagi diri manusia yang dapat merusak fisik dan mental bangsa Indonesia
Agar generasi muda dapat menyikapi keadaan lingkungan sekitarnya supaya tidak sampai terpengaruh narkoba dan pergaulan bebas.
Agar generasi muda terutama para orang tua lebih memperhatikan anaknya serta memberi perhatian yang lebih agar anak tidak merasa sendiri dan mempunyai seseorang yang dapat diajak untuk berbicara serta berbagai masalah.

PEMBAHASAN

I. PERUBAHAN POLA PIKIR DAN PERILAKU PENGGUNAAN NARKOBA

Masalah penyalahgunaan zat sampai sekarang masih menjadi masalah yang memusingkan kita semua ditinjau dari berbagai aspek kehidupan. Bisa berawal dari keluarga sendiri, tapi juga bisa berawal dari adanya kriminalitas atau dari masalah-masalah sosial lain yang pada akhirnya berpokok pangkal pada penyalahgunaan narkoba.

Dalam waktu yang relatif singkat beberapa tahun belakangan ini maka penyalahgunaan zat para pemakai telah menjadi momok yang begitu mengerikan dengan segala akibatnya di berbagai bidang, baik medis, sosial, pendidikan, dan keamanan berupa meningkatnya kasus-kasus kriminalitas. Komplikasi di bidang medis juga tak kalah mengerikannya karena berdampak luas serta membawa beban biaya yang luar bisa serta juga kematian yang diakibatkannya. Sebagai contoh kerusakan saraf yang diakibatkan oleh pemakaian Narkoba tersebut antara lain akan menyebabkan seseorang berubah menjadi tidak produktif lagi bahkan memerlukan biaya besar untuk pengobatan ataupun rehabilitasnya. Ironisnya penyalahgunaan narkoba ini terutama dari kalangan usia produktif yang sebenarnya maka akan menjadi beban masyarakat. Masalah ini menjadi semakin parah oleh karena kita sendiri ternyata belum siap menghadapi kenyataan ini semua.

Fenomena ini merupakan suatu kejutan baru dimana banyak tenaga ahli diberbagai bidang belum mampu menyikapi atau mengantisipasi keadaan ini, karena dimasa lalu kita kurang menanggapi hal ini secara serius, ditambah lagi memang kegiatan penyalahgunaan zat ini seolah-olah berjalan dibawah tanah. Keluarga atau masyarakat baru mengetahuinya setelah melihat kenyataan atau tampak berbagai kejadian yang memprihatinkan misalnya setelah keadaan menjadi begitu parah dengan berbagai komplikasi yang diakibatkan oleh penyalahgunaan zat tersebut.

Di dalam masalah penyalahgunaan zat ini kita bisa melihat banyak hal yang terasa kurang atau tidak masuk diakal yang sehat, itulah sebabnya maka penyalahgunaan zat ini dimasukkan dalam kategori gangguan jiwa. Ironisnya lagi banyak kalangan medis sendiri yang apriori terhadap penanganan penyalahgunaan zat ini. Dengan mudah mereka menyatakan tidak berkompeten dan tidak mau tahu atau bahkan merasa jijik kalau harus ikut menangani masalah penyalahgunaan zat ini. terlebih kalau mengetahui bahwa mereka juga menderita HIV/AIDS, bahkan orang tua mereka sendiri kadang-kadang merasa ketakutan karena ketidaktahuan mereka akan cara penanganan pasien yang menderita penyakit tersebut.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa para pecandu sendiri umumnya menunjukkan prilaku yang kadang-kadang cukup menjengkelkan dan penuh dengan trik atau tipu muslihat yang biasanya tujuan utamanya adalah mendapatkan bahan yang akan disalahgunakan itu. Namun sesungguhnya perlakuan oleh sebagian petugas medis itu adalah tidak manusiawi dan menyalahi sumpahnya sebagai tenaga kesehatan yang akan mengabdikan diri bagi kepentingan sesama manusia. Untunglah sekarang ini mulai banyak orang yang mau peduli akan keadaan ini. Namun tiadanya koordinasi dalam penanganan masalah ini juga akan menimbulkan ekses yang diinginkan antara lain dengan cara penanganan yang salah atau berbagai pihak yang menyalahgunakan serta mengambil kesempatan ketidaktahuan orang untuk kepentingan diri sendiri.

Macam-macam zat yang sering disalahgunakan
Beberapa macam zat yang sering disalahgunakan di masyarakat memang ada yang berupa obat, tetapi ada juga yang berupa zat yang tidak pernah digunakan sebagai obat.

Zat-zat tersebut antara lain adalah :
Kafein dan Nikotin
Alkohol
Obat penenang (trancuilizer atau populer disebut sebagai pil koplo)
Ganja
Ekstasi
Shabu atau shabu-shabu
Heroin atau Putaw
Kokain
Jamur ( tertentu atau magic mushroom )
Zat menguap ( volatile agents )
Anestheticum (ketalar), dan sebagainya

Zat-zat ini akan bertambah terus macamnya seiring dengan berjalannya waktu karena akan selalu ditemukan zat-zat lain yang bisa diciptakan untuk disalahgunakan. Demikian juga penggunaannya adalah dari berbagai kalangan serta umur (dari umur anak Sekolah Dasar sampai kakek atau nenek).

Dampak sosial dari pada penggunaan zat-zat ini sangat besar. Selain merugikan diri sendiri dan keluarga secara ekonomis, dimana para pengguna umumnya membelanjakan sejumlah besar uang untuk mengkonsumsi zat tersebut, mereka juga kontra produktif. Disamping itu, penggunaan zat-zat tersebut juga memicu terjadinya masalah-masalah dalam hubungan dengan masyarakat.

Dalam pengamatan kami maka seseorang yang telah lama menjadi pengguna mempunyai beberapa perubahan tingkah laku yang agaknya dapat diamati sebagai ciri para pengguna walaupun sebenarnya tidak terlalu spesifik. Demikian juga beberapa ciri yang perlu dicermati agar kita tidak terlambat dalam penanganannya adalah :
Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun secara drastis
Pola tidur berubah misalnya pagi susah dibangunkan, malam suka begadang
Selera makan berkurang dan sering haus
Banyak menghindari pertemuan dengan orang tua atau anggota keluarga yang lain, serta banyak mengurung diri di kamar dan menolak diajak makan bersama
Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga dibandingkan sebelumnya
Sesekali dijumpai dalam keadaan mabuk, teler, bicara pelo atau cadel, kesadaran menurun atau bahkan timbul gejala kecurigaan yang berlebihan atau yang dikenal dengan nama paranoid (biasanya timbul akibat pemakaian shabu-shabu atau ineks) atau halusinasi apabila orang memakai zat yang disebut Hallucinogen.
Menjadi suka berbohong atau menipu
Suka mencuri barang baik di rumah maupun di luar rumah untuk ditukar dengan zat atau drugs
Pengguna ineks dan shabu kadang-kadang bisa menunjukkan perilaku psikotik (seperti orang gila) bahkan pada orang yang mempunyai faktor keturunan gila, bisa menyebabkan penyakit gila tersebut menjadi manifest.

Demikianlah selintas kilas beberapa perubahan perilaku pecandu yang sebaiknya mendapat dikenali dan diamati atau dicermati agar kita tidak terlambat menanganinya.


II. BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Sebab-sebab penyalahgunaan narkoba
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu atau penyalah guna narkoba antara lain :
Akibat rasa ingin tahu atau malah sebagai akibat ketidak tahuan dimana anak atau orang tersebut menjadi mudah dijebak atau terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba
Seseorang yang suka mengambil resiko
Untuk menghilangkan kejenuhan atau kebosanan
Melarikan diri dari kejenuhan atau kekecewaan
Ingin merasa relaks
Ingin merasa senang-senang
Untuk mendapatkan rasa tenang di keramaian
Menjadi anak gaul, ikut teman atau agar mendapatkan teman atau diakui kelompoknya
Ciri-ciri remaja beresiko tinggi
Beberapa ciri remaja yang beresiko tinggi untuk menjadi pengguna Narkoba adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Orang yang mudah kecewa
Orang yang tidak sabaran
Orang yang suka menentang aturan
Orang yang suka mengambil resiko yang berlebihan
Orang yang cepat bosan
Orang yang sudah menunjukkan perilaku anti sosial sejak usia dini
Orang yang mempunyai perilaku menyimpang sejak usia dini misalnya dalam hal seksual dan lain-lain
Orang yang mempunyai keterbelakangan mental taraf perbatasan
Pengaruh Terhadap Keluarga Korban Narkoba
Beberapa pengaruh terhadap keluarga apabila salah satu anggota keluarganya terjerat oleh Narkoba antara lain sebagai berikut:
Mencemarkan nama baik keluarga
Kurang menjaga sopan santun bahkan melawan kepada orang tua
Tidak segan-segan mencuri uang bahkan menjual barang-barang berharga yang ada di rumah
Kurang menghargai harta milik orang lain.
Dasar hukum tindak pidana narkoba
Dasar hukum tindak pidana narkoba antara lain
Undang-Undang Nomor: 22 Th. 1997 tentang Narkotika
Undang-Undang Nomor: 5 Th. 1997 tentang Psikotropika
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 8/Menkes/Pen/IV/1997 tentang minuman keras, dan
Undang-Undang Nomor: 8/1997 tentang KUHAP


III. NARKOTIKA

Narkotika adalah suatu zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis atau semi sintesis, apabila seseorang menggunakannya atau mencobanya pasti akan ketagihan atau ketergantungan atau bisa disebut juga kecanduan. Karena narkotika mempunyai unsur kecanduan atau ketagihan maka kita harus waspada dalam bergaul terutama menghadapi para pengedar narkotika. Banyak cara yang digunakan oleh pengedar agar barangnya bisa laku, misalnya pengedar mendekati calon korbannya dengan memberi narkotika secara gratis/tidak membeli. Setelah korban menggunakan narkotika tersebut maka korban akan ketagihan mengkonsumsi narkotika. Dengan demikian maka korban akan mencari maupun membelinya berapapun harganya dan tidak akan mengingat tentang resiko apapun yang akan ditanggungnya.

Sebenarnya banyak resiko yang disebabkan oleh narkotika, namun bagi pengguna narkotika resiko itu sama sekali tidak dihiraukan. Resiko negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan narkotika itu antara lain:
Penurunan atau perubahan secara fisik dan mental
Kesadaran menurun serta menghilangkan rasa
Menghilangkan serta mengurangi rasa sakit
Menimbulkan nyeri apabila timbul sakau
Menurut asal bentuknya narkotika bisa dibedakan menjadi tiga macam yaitu narkotika alam, narkotika semi sintesis dan narkotika sistesis.

Narkotika alam
Narkotika alam adalah narkotika yang asalnya dari tumbuh-tumbuhan. Artinya tumbuh-tumbuhan yang batang, akar, atau daunnya bisa digunakan sebagai narkotika tanpa melalui proses kimia. Ada beberapa jenis narkotika alam misalnya opium/candu, kokain, ganja/mariyuana dan lain sebagainya.
Opium/Candu
Ciri-ciri
Termasuk golongan tumbuhan musim
Dapat tumbuh di daerah pegunungan dengan suhu 20o C
Tinggi tanaman antara 70-110 cm
Daun warna hijau berlekuk-lekuk dengan panjang antara 10-25 cm
Bunganya berwarna merah, putih, atau ungu
Buahnya sebesar jeruk nipis atau kepalan tangan bayi dan terdapat pada tiap tangkai satu buah dengan tegak lurus ke atas.
Bahan candu terbuat dari getahnya yang diperoleh dengan cara menoreh buahnya.
Koka
Ciri-ciri
Termasuk golongan tanaman perdu
Dapat mencapai ketinggian 2-3 meter, bisa mencapai 20-30 tahun
Daun melekat pada tangkai batang dan letaknya berselang seling
Helai daun satu dan tumbuh satu persatu pada cabang tangkai
Bentuk daun bulat telur agak pipih dengan tiga tulang daun hampir sejajar.
Berbunga kecil-kecil, sedang buahnya hijau menjadi merah dan keras
Di Indonesia juga pernah tumbuh yaitu: Jember, Pasuruan, umumnya mudah tumbuh di daerah Jawa Timur.
Nama samaran
Kokaino (di Yogyakarta)
Inin (Klaten)
Untuk negara asing,
Theleaf, C. coke, Dynamite Crine Gire Gold Dust (cocaine)
Nose Candy, Paradise Rock, Snow White
Ganja/Mariyuana
Ciri-ciri
Dapat tumbuh hampir di semua daerah di Indonesia
Termasuk golongan tanaman perdu, bisa mencapai ketinggian 1-4 meter
Berumur antara 6 bulan – 2 tahun
Helai daun bentuknya memanjang, pinggir bergerigi, ujung lancip, bagian bawah daun berbulu halus
Jumlah helai daun selalu ganjil jumlahnya 5, 7, 9 dst.
Secara laboratories mengandung zat T.H.T (Tetra Hydro Cannabinol) yaitu zat psikoaktif yang berefek halusinasi
Di pasaran gelap berbentuk: Tembakau, ganja, ganja kering dalam linting, amplop, bungkus, budhastik, minyak-ganja, hasbis
Biji ganja pembiakan melalui biji
Narkotika semi sintesis
Adapun narkotika semi sintesis adalah bahannya terbuat dari alkaloid opium dengan penantaren dan diproses secara kimiawi untuk dijadikan bahan obat yang berkasiat narkotika. Contohnya adalah heroin, putauw, dan codein
Narkotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika yang diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan baku kimia sehingga memperoleh hasil baru yang mempunyai efek narkotika. Contohnya antara lain adalah Pethidin dan Methadon

Untuk menghadapi meluasnya peredaran dan penggunaan narkotika yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, pemerintah telah menetapkan sangsi hukum narkotika. Beberapa sangsi hukum narkotika yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
Barang siapa tanpa hak menanam, mempunyai, menyimpan, mengusai golongan I mendapatkan hukuman penjara 10 tahun
Memproduksi atau mengolah serta mengekstrasi hukuman mati atau seumur hidup
Bagi pengguna atau pemakai apabila tidak diketemukan barang bukti secara fisik dihukum 4 tahun penjara.

IV. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah suatu zat atau obat alamiah maupun sintesis namun bukan narkotika. Psikotropika ini berkasiat secara psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat serta menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
1. Efek samping penyalahgunaan psikotropika

Efek samping yang bisa ditimbulkan dengan menyalahgunakan psikotropika antara lain sebagai berikut:
Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah lelah
Meningkatkan kewaspadaan dan rasa percaya diri yang berlebihan
Rasa nyaman dan bahagia
Menimbulkan khayalan-khayalan yang menyenangkan atau disebut halusinasi
Dapat menurunkan emosi
Pengaruh terhadap organ tubuh
Penyalahgunaan psikotropika secara medis bisa merusak organ tubuh atau sampai menimbulkan kematian. Pengaruh terhadap organ tubuh tidak antar lain:
Paru-paru bengkak
Terjadinya kelainan otot jantung
Kelainan pada hati.
2. Sangsi Hukum Psikotropika
Untuk menghadapi meluasnya peredaran dan penggunaan psikotropika yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, pemerintah telah menetapkan sangsi hukum psikotropika. Beberapa sangsi hukum psikotropika yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
Dengan tanpa Hak Memiliki, menyimpan dan membawa Psikotropika Pidana paling lama 5 tahun

Untuk golongan I pidana minimal 4 tahun paling lama 15 tahun
Bagi pengedar golongan II hukuman 15 tahun dengan denda Rp 750.000.000,-
Bagi produsen dan pengedar hukuman 15 tahun
Mengetahui penyalahgunaan tidak melapor mendapat hukuman 1 tahun atau denda maksimal Rp 20.000.000,-

V. UPAYA PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBAAdapun untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba aparat hukum yang tentunya harus dibantu oleh semua unsur masyarakat. Rumusan dalam pencegahannya dapat kami bedakan antara lain cara pre emtif, cara prefentif, cara represif, dan pengobatan/rehabilitasi korban narkoba.
1. Cara preventif
Cara preventif bisa dilakukan dengan beberapa cara misalnya mengadakan pembinaan lingkungan hidup masyarakat terutama kaum remaja dan pemuda dengan kegiatan yang bersifat kreatif, produktif dan konstruktif agar mendapatkan daya cegah, tangkal, waspada serta terbinanya kondisi perilaku dan norma hidup bebas dari narkoba.
2. Cara prefentif
Cara prefentif bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut:
Mewaspadai tempat-tempat peredaran dan pengguna narkoba
Menyatakan perang dengan segala bentuk narkoba dan akibat yang ditimbulkannya. Pernyataan ini bisa dinyatakan dalam bentuk slogan-slogan anti narkoba yang ditempatkan pada tempat-tempat yang erat hubungannya dengan peredaran dan pengguna narkoba. Berikut ini contoh slogan-slogan anti narkoba

Bersatulah Anak Bangsa
& HANCURKAN NARKOBA !!!

Kedamain Itu Indah
Tapi Lebih Indah
TANPA NARKOBA

Ingat ! Bahaya Narkoba
MENGANCAM MASA DEPAN

Jauhi Narkoba !.
KARENA NEGARA PERLU GENERASI
YANG CERDAS DAN SEHAT

Waspadai !.
BAHAYA KEJAHATAN NARKOBA

Selamatkan !.
GENERASI MUDA BANGSA
DARI PENGARUH NARKOBA

Sadarilah !.
AKIBAT APA YANG BISA
DITIMBULKAN OLEH NARKOBA

Hindari, Jauhi, dan Hancurkan !.
SEGALA BENTUK
PENGAGUNAAN NARKOBA

Jangan kau hancurkan Masa Depanmu
DENGAN MENYALAHGUNAKAN
NARKOBA

Narkoba Adalah Pemula
DARI SEGALA KEJAHATAN


3. Cara represif
Adapun dengan cara represif tentunya pihak aparat hukum bersama-sama masyarakat berusaha mengungkap motivasi atau latar belakang kejahatan narkoba, kemudian aparat hukum menindak lanjuti para pelaku kejahatan narkoba tersebut untuk diproses secara hukum yang berlaku.

4 .Pengobatan/rehabilitasi
Mengobati korban penyalahgunaan narkoba adalah melalui dokter ahli sesuai dengan akibat yang ditimbulkannya. Kemudian dilanjutkan dengan cara rehabilitasi medis oleh dokter ahli jiwa baru dilanjutkan dengan rehabilitasi sosial.


PENUTUP

Kesimpulan

Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan masalah penyalahgunaan obat terlarang sangat merugikan bagi generasi muda saat ini. penyalahgunaan obat terlarang bisa berawal dari kenakalan remaja sendiri, keluarga yang tidak harmonis, mengikuti tren, lingkungan sekitar, pergaulan bebas, dan lain-lain.

Narkoba terbagi atas dua macam yaitu narkotika dan psikotropika. Narkoba sendiri mempunyai jenis yang bermacam-macam contohnya: opium/candu, koka, ganja/mariyuana. Selain itu narkotika dibagi menjadi tiga yaitu narkotika alam, narkotika semi sintesis, contoh: heroin, putauw, dan cocain, narkotika sintesis, contoh: pethidin dan methadon. Yang kedua psikotropika dimana zat ini mempunyai pengaruh yang sangat berbahaya bagi tubuh yaitu mengakibatkan paru-paru bengkak, terjadinya kelainan otot jantung, kelainan pada hati bahkan bisa juga mengakibatkan kematian bagi diri seseorang. Walaupun sangsi hukum sudah ada namun semua itu tidak membuat orang-orang sadar ataupun takut, kebanyakan orang-orang lebih suka melanggar, karena mereka lebih mementingkan kesenangan sendiri dan tidak menghiraukan sangsi yang akan mereka terima.


DAFTAR PUSTAKA

Bahar Harus, Hasan, Adnan, 1998, Bahaya Obat Terlarang Terhadap Anak Kita, Jakarta: Gema Insani.

ETNOGRAFI Kebudayaan Suku Bugis

HASIL DAN ANALISIS DATA

Diskripsi Penelitian
Dalam persiapan penelitian, penulis lakukan setelah selesai mengumpulkan data mengenai kebudayaan suku bangsa “Bugis-Makasar”.
Sesuai dengan kemampuan penulis dalam penyelesaian ini, maka penulis mengajukan judul “ETNOGRAFI Kebudayaan Suku Bugis”.


Sedangkan pertimbangan-pertimbangan penulis memilih judul tersebut.
kemampuan penulis
waktu yang tersedia
kemampuan biaya
buku-buku bacaan yang tersedia
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam menunjang keberhasilan kebudayaan daerah dan pendidikan.

Dalam penelitian ini sebelum penulis melaksanakan penelitian, maka yang dilakukan adalah:
Menyusun Outline
Penyusunan outline merupakan kegiatan awal penelitian sebelum penulis terjun ke perpustakaan. Pertama, penulis terlebih dahulu menentukan topik dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Topik dan permasalahan yang akan dibahas tersebut dirumuskan dalam bentuk judul penelitian yang penulis ajukan adalah “ETNOGRAFI SUKU BUGIS – MAKASAR”. Seterusnya judul tersebut penulis konsultasikan dengan guru pembimbing.


Menentukan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini pula menerapkan berbagai suku yang berada dari perpustakaan sehingga lokasi penelitian.
Untuk data penelitian ini, penulis mengajukan pada buku Antropologi. Data ini dikumpulkan untuk mengetahui perbandingan pada kebudayaan suku Bugis – Makasar.


Analisis Data Penelitian

Setelah data terkumpul, kemudian penulis menganalisis tersebut dengan tujuan inti atau membuktikan apakah hipotesis yang telah digunakan diterima atau tidak.
Untuk setiap sub pokok bahasan penulis memberikan berhasil tidaknya pencapaian titik disuatu sub bahasa. Hasil tes untuk setiap sub pokok bahasan penulis sertakan pada halaman lampiran.
Data untuk menguji hipotesis penulis mengacu pada buku “ANTROPOLOGI”.
Adapun penulis mengacu pada perbandingan suku kebudayaan bangsa BUGIS – MAKASAR di Sumatera Selatan. Pembuktian ini seluruhnya dapat kita lihat dari gambar-gambar dan data-data yang ada. Sedangkan untuk menguji hipotesis ini menggunakan metode kepustakaan.


Kesimpulan Analis Data

Dengan mengacu kepada perolehan data kiranya penulis dapat menyimpulkan bahwa hipotesis nol dalam penelitian ini tidak ada. Sedangkan untuk mengetahui besarnya perbandingan suku bangsa BUGIS – MAKASAR tersebut telah dicari melalui buku-buku ANTROPOLOGI.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa ada perbandingan kebudayaan suku bangsa BUGIS – MAKASAR dengan suku lainnya di Indonesia.
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini hanya memfokuskan pada dta-data yang mengenal kebudayaan BUGIS – MAKASAR. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu untuk mengadakan penelitian.


Daftar Pustaka

Prayoga Bestari, (2003), Antropologi untuk SMU kelas 3, Regina, Jawa Barat.
Noto Susanto, Nugroho DKK. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I, Depdikbud.
Koentjaraningrat, Dr, Prof. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta.
Hidayah, Zulyani, Ensiklopedia Suku Bangsa Indonesia.
Hamid, Abu, Drs DKK. Pertumbuhan Pemukiman Masyarakat di Lingkungan Perairan Daerah Sulawesi Selatan.

Wiremesh murah hubungi Afandi - 081233336118. - Ada juga besi beton murah.

Jasa Pembuatan Pagar, Kanopi (+Renovasi)
WA ke 081233336118