Keturunan Endog
''Al Bagio, ya, ya, ayo dikit lagi. Eits, tahan keseimbangan, horeee,'' teriak Dhenok Ceplis melihat putranya menyentuh garis finis. Dhenok Ceplis langsung mengulurkan sebotol susu segar kepada Al Bagio. Sedikit agak gimanaaaa gitchuu, Dhenok Ceplis yang bersolek perlente menerangkan mahalnya harga susu Nutrigong yang diminum Al Bagio kepada mereka yang mendekat.
Dari lintasan yang lain, juga terdengar teriakan histeris. Tampak tubuh Al Khoir di-pondong-pondong. ''Ya, begini. Anak hasil minum ASI. Susunya buat anaknya, lha kalungnya yo buat father-nya,'' ujar Roro Iteung sembari memeluk anaknya. Ada senyum sinis di bibirnya yang diarahkan kepada Dhenok Ceplis.
Akhirnya, keduanya dipertemukan dalam laga final. Tampak, bendera start sudah dikibaskan. Di tiga meter pertama, posisi mereka seimbang dan saling kejar. Setelahnya, tubuh Al Khoir terlihat ringan melesat cepat. Wajah Dhenok Ceplis terlihat tegang, coz Al Bagio terlihat capai.
Tiba-tiba, botol susu kempong kesampluk dan nggelontor masuk arena. Al Khoir yang sedang konsentrasi tidak melihat arah datangnya botol itu. Mak gedabruz, bibir Al Khoir mencium tanah, sedikit ada darah.
Al Bagio, yang melesat di belakangnya juga tak bisa mengerem mendadak. Senggolan kecil terjadi, kedua tubuh itu kruntelan. Debu beterbangan, sedikit mengganggu pemandangan. Samar, keduanya seperti terlihat adu jotos. Penonton bersorak sorai, keadaan memanas dan full emosi.
Kerusuhan menjalar ke Roro Iteung dan Dhenok Ceplis. Mereka saling jambak-jambakan, saling uleng-ulengan. Penonton bertambah riuh. Keadaan makin tidak terkendali.
Dari jauh, Bagong dan Gareng berlari mendekat. Susah payah keduanya memisahkan istri-istri mereka. Satu-dua padu masih terjadi. Saling ejek masih sesekali meluncur. Tapi, Roro Iteung versus Dhenok Ceplis berhasil dilerai. Al Bagio versus Al Khoir pun rampung. Tapi, alangkah kagetnya Bagong melihat di sekitar mata Al Bagio muncul lebam hitam. Gareng pun mendapati mata putranya kero.
Bagong dan Gareng lalu saling tatap, keduanya tegang menahan emosi. Bagong keras menuding tepat di wajah Gareng, ''Kamu!! " ujarnya. Ucapat itu cepat dipotong Gareng, ''Wookey kita cari tahu, bagus mana susu kaleng atau ASI, daripada udregan!"
Keduanya berjalan ke arah rumah Semar. Baru separo perjalanan, mereka bersua Togog. Menurutnya, susu kaleng dan ASI sama-sama bagus. ASI mengandung formula untuk kekebalan tubuh sedang susu formula atau kaleng adalah alternatif yang juga mengandung vitamin tambahan. ''Kalau tentang luka Bagio dan Khoir, divisum aja gih biar lebih jelas," tambah Togog.
Tapi mereka tetap berjalan ke kediaman Semar sebelum ke rumah sakit. Di halaman depan, ibu Kanastren menunjukkan Semar sedang tafakur di musala embun. Setelah Semar enjoy bersila dan mereka duduk mengelilinginya, Gareng dan Bagong saling bercerita menurut versinya masing-masing. ''Gak bisa, tak ada jalan lain! Meja hijau! Biar mampus sekalian," emosi Bagong. Gareng hanya memandang tak berkomentar.
Semar hanya tersenyum simpul. Masih dari musala embun, Semar minta tolong Ibu Kanastren untuk mengontak Petruk. ''Kalian semua tenang, gak usah emosi. Liat aja nanti," ujarnya.
Selang beberapa menit Petruk datang lengkap dengan peranti video shooting-nya. Dari tampilan di layar tivi jelas terlihat, Al Bagio dan Al Khoir tidak saling adu jotos. Al Khoir sekuat tenaga menahan laju tubuh mereka yang nglundung-nglundung. Tangan Al Bagio juga melindungi kepala Al Khoir dari benturan batu. Malu-malu Gareng dan Bagong saling lirik, tatapan mereka bertemu dan senyum pun merekah di bibir keduanya.
Mengenai keanehan fisik, Semar menerangkan dulu ia memondokkan Bagong dan Gareng pada seorang Begawan Sakti. Gareng kalau mengikuti pelajaran sering acuh dan hanya melihat dengan ujung mata. Bagong yang senangnya ngantuk, untuk mengikuti pelajaran sering menahan biji mata dengan batang-batang korek api. Sang Begawan Sakti, mengutuk keduanya dengan kondisi Gareng matanya kero dan Bagong matanya melolo mau meloncat keluar. ''Sebenarnya, dulu kalian nguantenge rek,'' gurau Semar.
"But btw, yen susu, baiknya susu kaleng apa ASI, Mo?" potong Gareng di tengah riuhnya tertawa. Suasana jadi hening, semua memandang ke Semar. Satu dua titik air merembes dari mata Semar yang melangkah memasuki kamarnya. Semua diam menunggu di depan kamar.
Dari dalam kamar, dengan suara parau, Semar berujar, untuk keadaan darurat, susu kaleng juga baik. Tetapi Al Khoir dan Al Bagio beruntung bisa menikmati ASI yang tidak sekadar menyehatkan. Juga memunculkan benih-benih cinta kasih dan membangun kedekatan ibu-anak. ''Sementara aku yang terlahir dari putih telur, tidak pernah sedikit pun nyecep susu apalagi susu Ibu. Ya air susuku, air susu Ibu Pertiwi,'' ujar Semar.
Denda dan Qadha' Puasa bagi Wanita
Denda dan Qadha' Puasa bagi Wanita
Bila lupa, tidak disengaja atau takut dimarahi suami, tidak wajib membayar kifarat dan meng-qadha' puasa.
Halangan puasa Ramadhan bagi wanita memang beragam. Baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Di antara halangan yang tidak disengaja adalah datang bulan atau haid, melahirkan anak, menyusui anak dan lainnya. Tapi, ada pula halangan yang disengaja dilakukan saat puasa di bulan suci.
Misalnya bersetubuh di siang hari dengan suaminya. Ada pandangan bahwa baik si lelaki dan wanita wajib meng-qadha' puasanya dan membayar kifarat (denda) apabila rela dan menghendaki persetubuhan. Meski demikian, kalau tidak disengaja, atau dipaksa, atau karena takut suaminya marah, atau yang lainnya, maka qadha' dan kifarat tidaklah wajib bagi si wanita.
Dalam kaitan ini, masih ada beda pendapat di kalangan ulama dan ahli agama. Imam Syafi'i menyatakan, wanita tidak wajib membayar kifarat sama sekali, meski ia melakukan persetubuhan dengan kehendak sendiri atau dipaksa. Dia hanya wajib meng-qadha saja.
Hal ini dipertegas oleh Imam Nawawi, yang menyimpulkan bahwa kifarat lebih tepat dikenakan pada lelaki, sebanyak satu kali dan untuk dirinya saja. Di sini, tidak ada kewajiban kifarat bagi wanita. Imam Nawawi menjelaskan, ''Wanita memang tidak wajib membayar kifarat, karena kifarat itu hak harta khusus karena persetubuhan, yang tentunya menjadi kewajiban lelaki seperti halnya maskawin, bukan kewajiban wanita.''
Pada bagian lain, Abu Daud menceritakan, Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang bersetubuh dengan istrinya di siang hari di bulan Ramadhan, apakah sang istri wajib membayar kifarat? ''Kami tak pernah mendengar bahwa wanita itu wajib membayar kifarat,'' demikian jawab Imam Ahmad.
Sementara Ibrahim Muhammad al Jamal dalam buku Fiqih Wanita berpendapat bila wanita juga menghendaki persetubuhan itu, maka wajib baginya meng-qadha puasa sekaligus membayar kifarat. Berbeda misalnya jika ia lupa, tidak disengaja atau takut dimarahi suaminya, maka qadha pun tidak wajib.
Lain halnya dengan hukum makan dan minum dengan sengaja di siang hari saat bulan Ramadhan. Semua bersepakat. Hal yang demikian, baik wanita maupun lelaki, bukan hanya wajib meng-qadha' tapi juga membayar kifarat. Lain halnya dengan makan dan minum yang tidak disengaja, maka tidak wajib meng-qadha' dan membayar kifarat.
Dalam pandangan para ulama mazhab Hanafi, semua makanan dan obat-obatan dan apa saja yang berguna bagi tubuh, disukai oleh perasaan dan dapat memenuhi syahwat perut, bila dimakan dengan sengaja, bukan karena lupa atau dipaksa, semua itu mewajibkan qadha' dan kifarat.
Puasa dua bulan
Bahkan, para ulama Maliki mengatakan, kifarat wajib dilakukan oleh siapa pun yang sengaja membatalkan puasanya dengan salah satu sebab tadi. Pun jika batalnya itu karena keluar air madzi dengan sengaja, sekalipun tidak wajib membayar kifarat bila keluarnya itu karena lupa atau tak sengaja.
Kifarat di sini adalah hukuman agama yang telah ditentukan Allah SWT, dan diwajibkan atas orang yang melakukan beberapa jenis dosa seperti pembunuhan, melanggar sumpah dan puasa yang dibatalkan secara sengaja, dengan bersetubuh umpamanya.
Ada beberapa ketentuan. Antara lain dengan memerdekakan budak terlebih dahulu. Bila tidak mampu, maka dengan berpuasa dua bulan berturut-turut. Dan bila tidak mampu juga, memberi makan 60 orang miskin berupa makanan yang biasa diberikan kepada keluarga sendiri.
Menurut Ibrahim Muhammad Al-Jamal, untuk memerdekakan budak sudah bukan zamannya lagi. Jadi lebih tepat melaksanakan urutan berikutnya, yaitu puasa dua bulan berturut-turut atau bila tidak mampu, memberi makan kepada 60 orang miskin.Sementara qadha' berarti berpuasa pada hari lain di luar bulan Ramadhan, sebagai ganti dari puasa yang batal di bulan Ramadhan.
Dari penjelasan Saleh Al-Fauzan dalam buku Fiqih Sehari-hari, barangsiapa tidak berpuasa atau membatalkan puasanya di bulan Ramadhan, baik karena dibenarkan syara' atau tidak, seperti bersetubuh atau yang lainnya, maka ia wajib meng-qadha'nya.Hal itu sesuai firman Allah SWT surat Al-Baqarah [2] ayat 184, yang artinya, ''Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain'' . n c81
Manusia Bertelur (kisah Abu Nawas)
PDF Print E-mail
Sudah bertahun-tahun Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas.
Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, "Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas."
"Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan
apa yang akan digelar besok.
Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para meriteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.
Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang
waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami"
"Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.
"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum.
"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.
"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!" kata Baginda.
Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.
"Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing." perintah Baginda Raja.
Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.
Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.
Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran.
"Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.
"Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga.
"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon.
"Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar.
"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan dada.
Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina.
Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun.
Memang Abu Nawas yang tampaknya blo'on itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan mempermainkan kata-kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya.
Abu Nawas Mati (Kisah Abu Nawas)
"Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu."
"Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak."
"Apa?"
"Raja kujadikan budak!"
"Kenapa kau lakukan itu suamiku."
"Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara."
"Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu."
"Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku."
"Pasti kau akan dihukum berat."
"Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,"
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.
Tidak berapa alama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.
"Ada apa?" tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
"Huuuuuu .... suamiku mati....!"
"Hah! Abu Nawas mati?"
"lyaaaa....!"
Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.
Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.
"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?"
"Ada Paduka yang mulia." kata istri Abu Nawas sambil menangis.
"Katakanlah." kata Baginda Raja.
"Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat." kata istri Abu Nawas terbata-bata.
"Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas." kata Baginda Raja menyanggupi.
Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata, "Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya."
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras, "Syukuuuuuuuur ...... !"
Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder
juga.
"Kau... kau.... sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi?" tanya Baginda dengan gemetar.
"Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku."
"Jadi kau masih hidup?"
"Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang."
"Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?
"Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia..."
"Ajarkan ilmu itu kepadaku..."
"Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri."
"Dasar pelit !" Baginda menggerutu kecewa.
Idul Fitri Bersama Si Miskin
Oleh Zuly Qodir
Umat Islam yang menjalankan puasa Ramadhan akan merayakan Idul Fitri setelah menahan nafsu serakah, nafsu amarah, dan nafsu berlebihan.
Tiga hal itu merupakan nafsu Rahwana. Nafsu ini dapat menjerumuskan umat yang berpuasa sehingga banyak orang berpuasa hanya mendapat lapar dan haus, tetapi tidak mendapat pahala atas penderitaan yang dialami sebulan penuh.
Memaafkan
Dalam Idul Fitri, hal yang tidak mungkin ditinggalkan adalah saling memaafkan. Memaafkan adalah ajaran paling dasar dari Idul Fitri, sebab hanya dengan saling memaafkan seseorang yang telah berpuasa akan mendapat pahala dari Tuhan untuk tahun ini dan tahun mendatang.
Inilah ajaran yang memenuhi hakikat kemanusiaan sebab tidak banyak orang bersedia memaafkan dan dimaafkan. Memaafkan dan dimaafkan merupakan pekerjaan amat berat dan membutuhkan ketegaran jiwa serta nurani. Hanya orang yang bernurani dan berjiwa bersih yang bersedia memaafkan dan dimaafkan atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah dibuatnya.
Karena itu, memaafkan akan dihubungkan dengan ucapan, sikap, dan tindakan kita kepada orang lain dan orang lain kepada kita.
Di sinilah sebenarnya esensi Idul Fitri yang selalu dirayakan dengan semangat oleh umat Islam, yakni saling memaafkan atas sesama manusia. Sebab, tidak ada manusia sempurna dari salah dan kekurangan, demikian hadis Nabi mengajarkan kepada kita.
Kita mungkin amat kecewa dengan hasil pemilu legislatif karena ada indikasi kecurangan dan aneka kesalahan yang dilakukan beberapa pihak. Akibatnya, kita (caleg) gagal atau sudah lolos tetapi ada kabar hendak digagalkan karena simpang siurnya peraturan. Semua itu membuat caleg bukan saja marah, tetapi juga mengumpat-umpat.
Fenomena yang juga mungkin menjengkelkan adalah adanya berbagai dugaan atas kecurangan dalam pemilu presiden sehingga harus berlarut-larut menunggu hasil resmi KPU dan Mahkamah Konstitusi. Semua ini tentu menjengkelkan meski akhirnya kemenangan diraih pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Di tengah kemarahan itu, umat Islam disambut puasa Ramadhan, sebagai bulan pengendalian tiga nafsu (amarah, serakah, dan berlebihan), sehingga kita diharapkan menjadi manusia yang benar-benar saleh, bukan hanya dalam ucapan, tetapi dalam sikap dan tindakan.
Rela menerima hasil pemilu legislatif maupun presiden adalah bentuk aktualisasi "pengendalian nafsu".
Kaum miskin
Hal lain yang amat penting dalam merayakan Idul Fitri adalah ajaran Tuhan tentang pentingnya memerhatikan kaum miskin. Oleh sebab pentingnya Idul Fitri yang dirayakan kaum Muslim yang telah berpuasa sebulan penuh, Nabi berpesan agar pada hari Idul Fitri jangan ada orang miskin tak bisa menikmati hari kesenangan dan kemenangan orang berpuasa.
Zakat fitrah adalah salah satu ajaran yang diperuntukkan bagi kaum miskin (si miskin) agar mereka bersama orang lain dapat menikmati Idul Fitri meski sehari-hari dalam kekurangan. Minimal dalam hari-hari Idul Fitri si miskin tak menampakkan sebagai kaum miskin.
Terhadap kaum miskin, pesan mendasar tertulis, "Tuhan akan bersemayam di rumah si miskin! Tuhan tidak akan bersemayam di rumah si kaya tetapi kikir atau si kaya tetapi angkuh. Namun, Tuhan akan bersemayam di rumah si miskin meski dia tidak saleh secara formal".
Dengan demikian, betapa berartinya si miskin di muka bumi dan dalam ajaran agama Ibrahim dan Nabi Muhammad sehingga harus diperhatikan saksama. Ingat pula pesan Tuhan, orang yang beribadah secara formal (rajin shalat tetapi melupakan kaum miskin) akan celaka alias tidak bermanfaat shalatnya. Shalat hanya pelengkap penderita, tetapi sama sekali tak bernilai.
Karena itu, kaum miskin menempati kedudukan amat mulia dalam agama Ibrahim dan Nabi Muhammad, bukan karena harus mendapat sedekah, tetapi harus diperhatikan oleh mereka yang tidak miskin secara material dan intelektual.
Pesan Tuhan yang lain, kemiskinan akan menyebabkan orang tak ingat akan Tuhan (baca: ingkar) dan yang pertama kali disalahkan adalah mereka yang tidak miskin.
Dengan memerhatikan memaafkan dan si miskin, Idul Fitri akan kian bermakna dan bernilai humanis yang mendalam saat dapat menghadirkan manusia-manusia saleh yang bersedia memaafkan atas sesama (bukan selalu mencari-cari kesalahan dan kekurangan) dan memerhatikan si miskin.
Jika dua hal ini dikerjakan, Idul Fitri akan benar-benar membawa kita pada kesucian diri, jiwa, pikiran, dan tindakan atas segala perbuatan yang telah dilakukan setahun penuh dengan memaafkan dan menyantuni si miskin.
Zuly Qodir Mengajar di Pascasarjana UGM; Anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah
Membela Tuhan
Membela Tuhan
Oleh Azyumardi Azra
Apakah Tuhan perlu dibela? Bagi banyak orang beriman dalam agama mana pun, Tuhan mestilah dibela meski Tuhan sendiri, karena Ia adalah Zat Yang Mahakuasa, sebenarnya tidak perlu dibela siapa pun. Tuhan Mahakuasa dengan sendiriNya. Namun, Karen Armstrong lewat karya terbarunya The Case for God: What Religion Really Means (London: The Bodley Head, 2009) juga membela Tuhan dengan melihat apa sebenarnya makna agama.
Armstrong melalui karya ini membela Tuhan dan agama, terutama dari dekapan kaum fundamentalis dan skeptisisme orang-orang ateis. Hemat saya, pembelaan tersebut sangat tepat waktu ketika di berbagai penjuru dunia, banyak kalangan umat beragama mengalami antusiasme keagamaan menyala-nyala yang menimbulkan berbagai dampak politik, sosial, dan ekonomi. Pada saat yang sama, skeptisisme dan nihilisme terhadap Tuhan dan agama juga meningkat sebagai respons terhadap perkembangan keagamaan semacam itu.
Agama dan bahkan Tuhan memang pernah kehilangan tempatnya dalam masyarakat Eropa sejak 1960-an. Teolog Amerika Harvey Cox pada 1965 menerbitkan buku The Secular City yang menyimpulkan bahwa Tuhan telah mati. Karena itu, agama harus berpusat pada kemanusiaan daripada ketuhanan. Sebagian kalangan Barat melihat perkembangan ini sebagai 'gelombang baru' sekularisme yang merupakan puncak dari 'Pencerahan' (Enlightenment); sementara sebagian lain memandangnya sebagai awal dari masa 'Pascamodernitas'.
Namun, sejak akhir 1970-an, gelombang berbalik; di mana-mana terjadi kebangkitan kembali agama yang disebut Armstrong sangat dramatis, termasuk ketika Ayatullah Khomeini yang sebelumnya tidak dikenal berhasil menumbangkan Shah Iran, Muhammad Reza Pahlevi, pada 1978. Sementara itu, di Israel, bentuk baru Zionisme keagamaan sangat agresif menemukan momentum di kancah politik Israel. Sedangkan, di AS, pendeta Jerry Falwell mendirikan Moral Majority pada 1979, mendesak kaum fundamentalis Protestan untuk lebih terlibat dalam politik guna menghadapi tantangan dan agenda humanisme sekuler.
Fundamentalisme agama dalam pandangan Armstrong memunculkan religiositas militan, yang dapat tumbuh di lingkungan umat beragama di negara bangsa mana pun: bisa di negara-negara Barat yang memiliki riwayat sekularisme yang panjang dan bisa juga di negara-negara kawasan lain yang secara ketat memisahkan agama dan politik, namun pada saat yang sama mengadopsi ideologi-ideologi sekuler yang bermusuhan dengan agama. Namun, di tengah meningkatnya fundamentalisme agama yang membuat negara dan rezim-rezim penguasa terdesak, kedua belah pihak--kaum fundamentalis dan penguasa sekuler--menyeret agama ke pangkuan masing-masing. Kedua pihak ini terlibat dalam kontestasi yang sangat intens dalam memperebutkan simbolisme agama dan bahkan Tuhan.
Meski negara dan penguasa mencoba mengakomodasi agama, ini belum cukup bagi kaum fundamentalis yang tetap merasa terancam dominasi dan hegemoni negara. Karena itu, kaum fundamentalis, seperti fundamentalis Prostestan di AS, cenderung mengambil sikap kian keras dalam berbagai kehidupan sosial keagamaan yang mereka anggap telah bangkrut sebagai akibat negara dan pemerintahan sekuler. Kaum fundamentalis Protestan meyakini, doktrin keimanan mereka yang paling benar, yang merupakan ekspresi final kebenaran, dan yang harus ditegakkan dengan cara apa pun, termasuk kekerasan dan terorisme.
Namun, Armstrong mengingatkan, sikap banyak orang Barat yang menganggap Islam secara inheren fundamentalis tidak cocok dengan demokrasi dan kebebasan (freedom) dan secara kronis kecanduan kekerasan itu adalah keliru. Islam merupakan agama terakhir dari tiga monoteis yang terjangkit fundamentalisme, persisnya setelah kekalahan negara-negara Arab dalam perang enam hari melawan Israel pada 1967. Kebijakan negara-negara Barat yang tidak adil dengan segera mempercepat pertumbuhan fundamentalisme Islam di Timur Tengah. Konflik dan kekerasan yang berlanjut di Timur Tengah hanya membuat fundamentalisme tetap bertahan, bahkan bisa menemukan momentumnya dari waktu ke waktu.
Apa saran Armstrong menghadapi gejala fundamentalisme di kalangan kaum Muslim? Menurut dia, melakukan generalisasi dan kutukan sewenang-wenang terhadap Islam tidak akan memperbaiki keadaan. Menyalahkan Islam memang mudah dan sederhana, tetapi jelas hanya bakal kontraproduktif. Karena itu, yang perlu adalah meneliti sumber-sumber penyebab kemunculan fundamentalisme dan radikalisme. Kemudian, melakukan perubahan, misalnya dalam kebijakan luar negeri negara-negara Barat.
Dengan demikian, membela Tuhan antara lain bermakna 'membebaskan' Tuhan dari klaim-klaim kelompok keagamaan untuk kepentingan-kepentingan tertentu pula. Tuhan terlalu kompleks dan rumit untuk dikerangkakan dalam konsep, persepsi, dan pemahaman tertentu. Kita manusia, tulis Arsmtrong, hanya memiliki ide yang sangat terbatas mengenai Tuhan.
Karen Armstrong memberikan perspektif kepada kita agar melihat masalah-masalah tentang Tuhan dan agama secara lebih bijak. Bagi umat Muslim, pemahaman tentang Tuhan seyogianya berpijak pada kerangka yang telah diletakkan jumhur ulama dalam ilmu tauhid. Penafsiran spekulatif tentang Tuhan bukan hanya dapat menimbulkan perdebatan yang tidak ada ujung, seperti pernah terjadi di antara para mutakallimun, tapi itu juga membingungkan.
Miskin karena Bersedekah?
Miskin karena Bersedekah?
Tidak ada alasan bagi orang beriman untuk enggan bersedekah. Sebab, kendati terasakan berat, bersedekah merupakan ciri paling kentara dari keimanan yang sahih. Untuk bersedekah, seseorang harus mampu mengalahkan perasaan owel (rasa kepemilikan) karena mengikhlaskan sebagian rezekinya untuk pihak lain. Jika tidak karena adanya keyakinan yang mantap atau harapan keuntungan yang kekal di akhirat kelak, sungguh seseorang akan enggan bersedekah.
Berbeda dengan amalan lain sebagai ciri keimanan yang sahih seperti shalat dan puasa. Pada kedua amalan yang lebih bersifat individual ini tidak perlu ada rasa bekorban kepemilikan, cukup dengan bekorban waktu selain kemauan. Untuk bersedekah ini sungguh terasakan lebih berat sehingga akan lebih jarang diamalkan dibandingkan dengan shalat dan puasa. Oleh karena itu, sekalipun seseorang sudah menjalankan shalat dan puasa tetap perlu dipertanyakan keimanan sahihnya jika yang bersangkutan masih tetap enggan bersedekah.
Dalam sejarah Islam kita kenal Fatimah Az-Zahra ra yang ikhlas bersedekah seuntai kalung warisan kepada musafir yang kehabisan bekal dan tiga hari tidak makan karena tidak ada lagi barang yang layak dijual. Dengan kalung tadi si musafir menjadi cukup bekal setelah menjualnya kepada Abdurrahman bin Auf ra.
Tetapi, begitu mengetahui keikhlasan Fatimah dalam bersedekah, segera Abdurrahman menghadiahkan kalung tadi kepada Nabi saw, ayahanda Fatimah, pemilik awalnya. Bisa ditebak, akhirnya kalung itu pun kembali ke tangan Fatimah setelah melewati tiga orang sebagai hadiah dan tercatat sebagai amalan sedekah.
Sungguh, bersedekah secara ikhlas akan mendapatkan ganti. Ini tidak saja ada dalam tarikh terdahulu. Dalam kehidupan nyata di lingkungan kita pun demikian halnya. Orang yang banyak bersedekah justru rezekinya melimpah, kehormatannya tinggi, dan harta kepemilikannya diakui bahkan dijaga keselamatannya oleh orang lain.
Agaknya belum pernah tercatat orang yang banyak bersedekah berakibat miskin. Sungguh dengan bersedekah kekayaannya bertambah, berlipat. Ibarat orang mendapat mangga, maka yang dimakan cukup dagingnya sedangkan bijinya harus disisihkan, ditanam hingga kelak akan menjadi pohon yang berlipat-lipat buahnya.
Untuk bersedekah, tidak ada ketentuan jenis barangnya (QS 2:267), tidak juga ditentukan jumlahnya (QS 3:134), tidak pula sasaran penggunaannya (QS 2:215). Artinya, benar-benar terserah sesuai kondisi orangnya. Itu jika bersedekah harta. Bagaimana jika kita kekurangan harta benda?
Lidah (Si Indra pengecap/perasa)
Mandi Malam Bikin Rematik?
secara medis mandi saat malam hari tidak menyebabkan nyeri pada persendian. Anggapan tersebut muncul dari pengalaman yang dialami masyarakat semata.
"Berangkat dari pengalaman orang, kalau terpapar dengan temperatur dingin rasa nyeri akan bertambah. Padahal tidak begitu,"anggapan tersebut kok dapat berkembang di masyarakat. Pasalnya hingga saat ini belum ada penelitian yang mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah kutub utara yang terkena nyeri tulang akibat temperatur yang dingin.
nyeri pada tulang lebih disebabkan dengan gaya hidup seseorang, seperti seberapa sering berolahraga. Dan bagaimana ia menggunakan persendiannya.
masyarakat mesti tetap memperhatikan kondisi badan saat mandi malam. Jika kondisi badan tidak dalam keadaan bagus, sebaiknya tidak mandi malam.
saat mandi malam, perhatikan juga suhu air yang digunakan. Pasalnya, air yang terlalu dingin dapat menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah. "Tak ada salahnya menggunakan air hangat jika suhu air terlalu dingin. Jangan terlalu ekstrim suhunya,
suhu air yang dapat diterima tubuh maksimal berbeda lima derajat celcius dengan suhu tubuh. "Suhu tubuh normal itu 36 derajat celcius, sehingga suhu air yang dapat diterima antara 29-30 derajat celcius,Dimensi Spiritual dalam Prosesi Mudik
Dimensi Spiritual dalam Prosesi Mudik
Oleh Thomas Koten
(pengamat sosial)
Gerak eksodus mudik kembali berlangsung. Dan seperti biasanya, terlihat prosesi mudik ini begitu fenomenal. Para pemudik, dalam jumlah jutaan mengerumuni terminal bus, stasiun KA, juga pelabuhan laut dan udara. Mereka tidak peduli dengan rasa sakit dan lelah yang dialami. Karena dalam benak mereka hanya terbersit kata, mudik.
Mudik, secara harafiah berarti pergi ke udik. Dan kini, dalam perjalanan sejarahnya, mudik telah menjadi bagian dari prosesi perjalanan besar, ramai, dan meriah ke suatu tempat yang dianggap paling dasar dari petualangan hidup dari masyarakat modern yang disebut udik. Udik, sering diibaratkan sebagai bagian paling hulu di sungai nun jauh di dalam, di daerah-daerah pegunungan <I>sono<I>, tempat pembudayaan budaya-tradisi kehidupan umat manusia mulai ditumbuhkembangkan. Dari udik itu pulalah tertanam 'sumber kehidupan' sekaligus 'sumber kerinduan' yang dibatinkan oleh setiap manusia, khususnya manusia-manusia pada zaman modern di perkotaan yang telah mengalami transformasi sosok.
Dalam hal ini, masyarakat modern, seperti Jakarta, yang sering mengalami kendala psikologis dan sosiologis serta kekosongan humanistik-batiniah-ruhaniah sebagai masyarakat metropolitan yang telah mengalami transformasi sosok tersebut, merasa tercambuk untuk mudik agar bisa meraih kembali kunci 'psikoanalistik humanistik' meminjam Erich Fromm- yang salah satunya adalah dengan cara menghidupkan kembali 'kultur kekerabatan' yang dalam Islam disebut bersilaturahim.
Karena itulah, para pemudik menjadi tidak peduli dengan banyaknya energi yang harus dikeluarkan, seperti harus antre berhari-hari untuk bisa mendapatkan tiket dan dalam perjalanan harus melewati medan yang berat serta tingginya risiko yang harus dihadapi, seperti kecelakaan dan kriminalitas. Mereka pun yakin bahwa dengan bersilaturahim di kampung halaman bersama anggota keluarga dan handai taulan setelah mengalami pendadaran puasa, mereka akan menemukan kembali jati dirinya dan menimba kembali semangat dan kekuatan baru untuk menjadi 'penangkal' dan 'senjata' dalam menghadapi realitas kerasnya persaingan dalam kehidupan ini.
Dimensi spiritual
Oleh karena itu, dalam peradaban modern ini, mudik perlu dimaknai sebagai sebuah prosesi spiritual. Sebab, dari balik prosesi mudik itu sebenarnya dalam alam keruhanian bergema keinginan manusia untuk menoleh ke belakang mencari akar spiritual peradaban yang terabaikan. Dan juga dalam kehidupan manusia selalu menyembul pertanyaan eksistensial kemanusiaan, yaitu bagaimana membangun suatu kerangka pemikiran sebagai basis keutuhan peradaban baru dalam menyelaraskan fisik-jasmaniah dengan kebutuhan akan spiritual-ruhaniah sesuai dengan prinsip dualitas manusia; jasmani dan ruhani.
Hanya orang-orang berimanlah yang sanggup menempatkan prinsip dualitas; badan-ruh-tubuh-jiwa pada porsi yang sebenarnya. Sebab, dalam 'peziarah' iman sebagai epistemologi kehidupan, akan memberikan kemampuan kepada siapa saja yang berusaha secara maksimal untuk meningkatkan kualitas hidup atau mutu prosesi hidup menuju Sang Khalik. Orang semacam ini, menurut filsuf modern Rene Descartes, orang bukan hanya mampu melihat jiwa di dalam seluruh prosesi dirinya, tetapi juga hakikat Allah. Karena, dalam seluruh prosesi hidup manusia kaum beriman, tidak lebih daripada ziarah menapaki tangga menuju tingkat yang lebih tinggi-sempurna untuk memperoleh kesejatian diri hingga mendapatkan kesempurnaan bersama Sang Khalik.
Maka, dalam hal ini prosesi mudik sebenarnya juga merupakan peristiwa transformasi spiritual dari peziarahan kaum beriman dalam mewujudkan solidaritasnya terhadap sesama manusia yang dibelenggu oleh kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan di tengah peradaban modern. Spiritualitas mudik mengingatkan kita akan keluhuran manusia yang masih memiliki semangat asal yang sekaligus mendorong kita dalam mewujudkan nilai-nilai yang bersifat transenden untuk menghindari segala belenggu hedonisme-materialisme yang tercipta di tengah peradaban modern.
Tampaknya para pemudik cukup menghayati prosesi mudik sebagai sebuah perjalanan spiritual, yakni kembali ke udik untuk menimba semangat religiositasnya di arena sosial yang masih dikepung aneka kesulitan. Karenanya dalam pergerakan ekstra massal dengan jangkauan geografis yang kolosal tersebut, para pemudik selalu tidak memedulikan kalkulasi penalaran ekonomi, seperti uang dan sarana transportasi. Yang terpenting dari mereka adalah masing-masing saling membatinkan keruhanian sekaligus menjadi pilar peradaban, kemudian menjadi pijar-pijar yang memercikkan keputusan-keputusan hidup yang menjadi penuntun hidup selanjutnya pascamudik.
Prosesi mudik juga hakikatnya memiliki dimensi sosial. Sebab, apa pun bobot aktivitas spiritual-keruhanian, ia hanya akan memiliki makna dalam konteks sosial. Di sinilah implementasi dari aktivitas mudik seperti Lebaran mendapat tempat, sosok, dan hakikatnya. Artinya, apa pun dimensi spiritual di dalamnya, ia harus ditransformasikan dalam dimensi sosial dan budaya agar kebahagiaan religius dapat dirasakan, baik secara etik maupun moral.
Bahwasanya dalam prosesi mudik itu, semua orang tanpa pandang status sosial, ekonomi, dan politik, memiliki kesempatan yang sama untuk kembali ke pusat-pusat kehidupan tradisional, ke titik-titik pijak dasar kemanusiaan di suatu tempat yang bernama udik. Dalam kebersamaan tanpa perbedaan status sosial ini, prosesi mudik dapat dijadikan sebagai momentum yang penting, semacam introspeksi diri untuk mencari peran baru dalam membantu memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.
Dari situ pulalah dapat tercipta suatu ruang keharmonisan kita dalam masyarakat plural tanpa ada lagi sekat-sekat egoisme-egoposentrisme dan blok-blok psikologis, pranata-pranata, dan tata sosial yang selama ini sangat membedakan antara individu dan kelompok yang satu dengan yang lain. Karena memang dalam birokrasi kantor dan sistem-sistem sosial lainnya, yang sebenarnya manusia sanggup dan seharusnya dapat saling 'mengikat' dan saling menghormati satu sama lain dalam pola tatanan yang kolektif, namun sering kali tidak sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan sejati, yakni kebersamaan.
Oleh karena itu, sangat diharapkan, dari cahaya terang-benderang Idul Fitri, yang diperoleh lewat perjuangan dalam ujian pendadaran puasa dan ditambah lagi dengan spirit prosesi mudik, dapat menjadi area pelahiran kembali 'manusia-manusia baru' dalam diri para pemudik dan menjadi titik tolak baru bagi kehidupan kemanusiaannya, 'tubuh dan jiwa, badan dan ruh'.
Dengan demikian, proses mudik Lebaran ber-Idul Fitri itu sendiri niscaya akan menjadikan para pemudik atau para peraya-perayanya untuk mampu melihat bahwa di balik kehidupan riil sosial, masih terbentang luas kepincangan sosial, ekonomi, politik, serta bisa terbuka kerudung nuraninya untuk ikut membenahi moralitas bangsa kita yang masih berkarat.
Penemuan-penemuan yang Bermanfaat Bagi Kesehatan
2. Penemuan antibiotik penisilin
3. Penemuan vaksin
4. Penemuan antibodi monoklonal
Saudara Serigala
Baru kemarin mereka membangun tempat berlindung di senja musim gugur yang biru. Torak melucu, dan ayahnya tertawa. Tiba-tiba Hutan bergemuruh. Burung gagak memekik. Dan dari kegelapan di bawah pepohonan muncul bayangan yang lebih gelap: ancaman yang berwujud beruang.
Tiba-tiba kematian datang mengancam. Desingan cakar. Berbagai bunyi yang membuat telinga berdarah. Dalam sedetak jantung makhluk itu telah memorakporandakan tempat berlindung mereka. Dalam sedetak jantung makhluk itu membuat ayahnya terluka parah. Lalu makhluk itu pergi, lenyap seperti kabut ke dalam Hutan.
Beruang apa yang mengejar manusia - lalu pergi tanpa membunuh? Beruang apa yang mempermainkan buruannya?
Di mana beruang itu sekarang?
Torak tidak dapat melihat melampaui sinar yang dipancarkan api, tapi dia tahu bahwa tempat terbuka itu pernah dengan pohon yang patah dan rumput yang terinjakinjak.
Dia mencium bau darah pinus dan tanah yang terkoyak. Dia mendengar riak sedih dan lembut dari sungai yang berjarak tiga puluh langkah dari tempat dia meringkuk.....
....SELENGKAPNYA>>>Saudara Serigala (Cerita)
.
Betapa Sulitnya Memberantas Korupsi
Betapa Sulitnya Memberantas Korupsi
Oleh: M Ali Zaidan
(anggota Komisi Kejaksaan)
Tanda-tanda kegagalan untuk menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (RUU) telah di ambang mata. Masa kerja dewan sebagaimana diamanatkan oleh Mahkamah Konstitusi akan segera berakhir, sementara tenggat penggantian undang-undang ditetapkan tanggal 19 Desember tahun ini. Pemerintah masih dengan iktikad baik menunggu pengesahan undang-undang secara normal. Sehingga, tidak segera mengeluarkan perppu tentang hal itu.
Perlawanan balik oleh pihak-pihak yang tidak menyukai eksistensi KPK semakin nyata. Malahan terjadi pembiasan dalam cara berpikir. Seperti, dikemukakan bahwa jika pengadilan tindak pidana korupsi tetap dipertahankan, beban negara semakin berat karena harus membentuk pengadilan tipikor di kabupaten-kabupaten. Jika jalan pikiran ini diikuti, tentu kebangkrutan bangsa hanya menunggu waktu.
Pengadilan tipikor tidak harus berada di setiap provinsi atau kabupaten, mengingat tindak pidana korupsi merupakan extra ordinary crime dan hanya ditangani oleh lembaga yang khusus. Oleh karena itu, pembentukannya harus dilakukan secara selektif dan representatif. Dengan melihat, seberapa jauhkan urgensi suatu daerah untuk dibentuk pengadilan khusus itu.
Pemerintah tentu memiliki pertimbangan, baik aspek administratif maupun finansial untuk menyetujui pembentukan pengadilan khusus itu. Dengan demikian, jalan pemikiran itu hanya menggeneralisasi dan tidak berdasarkan konsepsi berpikir yang jelas. Paradigma pemberantasan korupsi belum sepenuhnya dimiliki oleh aparatur negara, terutama yang membidangi masalah hukum, bahkan justru menimbulkan kecemburuan di dalam lingkungan aparatur hukum sendiri. KPK seharusnya menjadi trigger mechanism bagi lembaga hukum konvensional untuk melakukan hal yang sama.
Pemberantasan tindak pidana korupsi tidak hanya diletakkan dalam bingkai hukum semata, akan tetapi dalam skala nasional yang lebih luas, seperti aspek ekonomi, budaya, dan politik mempengaruhi langkah itu. Seberapa jauhkan pemberantasan korupsi telah memberikan dampak positif di beberapa bidang di atas. Seperti, munculnya iklim dan semangat kerja bagi aparatur negara atau malahan menyebabkan aparatur negara enggan berbuat, karena dapat berisiko berhadapan dengan aparat hukum. Dalam hal ini, langkah pengadilan tipikor tidak hanya berjuang agar terdakwa dihukum semata, akan tetapi misalnya seberapa jauhkan recovery ekonomi dapat dipulihkan dari proses hukum itu.
Selektif dan representatif
Lembaga super body , seperti KPK dan pengadilan khusus tipikor hingga saat ini tetap dibutuhkan, karena penyimpangan keuangan negara telah begitu meluas dan sistemis. Dengan demikian, upaya sistematis untuk menghadapinya perlu ditingkatkan. Aparat hukum yang menangani masalah korupsi harus dibebaskan dari keterkungkungan birokrasi, yang berakibat lambannya kinerja pemberantasan korupsi.
Oleh karena itu, keberadaan hakim ad hoc merupakan sebuah keharusan. Pendekatan yang bersifat selektif dan representatif harus dikedepankan, jumlah hakim ad hoc tidak harus mencapai jumlah ribuan sebagaimana diwacanakan selama ini. Yang terpenting hakim ad hoc itu memiliki visi dan misi yang kuat untuk membersihkan negeri dari penyakit kronis ini. Kelompok penggiat antikorupsi atau kalangan intelektual dapat menjadi bagian dari pengadilan itu. Keduanya dipercaya memiliki visi yang sama menghadapi kejahatan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Keduanya telah terbukti memiliki tingkat toleransi yang rendah, bahkan zero tolerance jika anggota kelompoknya melakukan penyimpangan. Tidak ada semangat untuk membela korps sama sekali, sikap itu amat menguntungkan pemberantasan korupsi.
Selektivitas itu dipersyaratkan agar mereka yang akan menangani berbagai kasus korupsi, memiliki komitmen yang kuat karena tingkat sensitivitas yang tinggi. Sensitivitas itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kepedulian atas nasib bangsanya, yang semakin memprihatinkan. Akibat memiliki sensitivitas pribadi yang tinggi, mereka akan menjauhkan segala sesuatu yang berbau formalitas dan prosedural tanpa mengabaikan aspek kepatutan dan kewajaran. Selama ini ganjalan terbesar penanganan korupsi ditengarai lebih disebabkan oleh faktor prosedural, yang kental mengakibatkan rasa keadilan dikesampingkan.
Ada pendapat yang menyebutkan bahwa KPK tidak dapat meng-SP3-kan suatu kasus, sesungguhnya tidak selalu benar, KPK ternyata lebih manusiawi ketika mengusut perkara korupsi saat terdakwanya meninggal dunia atau menderita suatu penyakit, yang tidak dapat lagi diharapkan sembuh. Ternyata lembaga yang dituduh super body sekalipun masih memiliki hati nurani ketika berhadapan dengan koruptor. Hati nurani ini menjadi barang langka ditemukan di lingkungan badan peradilan konvensional.
Sehingga, ketika mengadili beberapa anak yang dituduh melakukan perjudian, maupun dalam kasus pencemaran nama baik terhadap suatu institusi yang melayani konsumen, hukum begitu keras dan aparatur hukum begitu kaku menjalankannya. Haruskah KPK mengalami nasib yang sama dengan Tim Gabungan Tindak Pidana Korupsi (TGTPK) lalu yang harus gulung tikar akibat judicial review , Wallahu'alam . Yang jelas korupsi adalah musuh bersama yang harus dihadapi dengan komitmen tinggi tanpa kompromi, tentu dengan cara-cara yang tidak biasa. Kita semua memiliki komitmen yang sama menghadapi kejahatan yang saat ini tergolong pelanggaran hak asasi manusia ini.
Pemilik Mushaf Alquran Pertama
Hafshah binti Umar bin Khatthab Pemilik Mushaf Alquran Pertama
Kemampuannya dalam baca dan menulis belum lazim dimiliki kaum perempuan ketika itu. Dia puteri dari Umar bin Khatthab. Hafshah merupa kan salah seorang perempuan pertama di dalam Islam yang sanggup menghafal seluruh surat dan ayat Alquran. Sumbangsih besar Hafshah bagi Islam adalah terkumpulnya Alquran di tangannya setelah mengalami penghapusan. Hafshah adalah di antara istri Rasulullah SAW yang pandai membaca dan menulis.
Pada masa Rasulullah SAW, Alqur an terjaga di dalam dada dan dihafal oleh para sahabat untuk kemudian dituliskan pada pelepah kurma atau lembaran-lembaran yang tidak terkumpul dalam satu kitab khusus. Pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, para penghafal Alquran banyak yang gugur dalam peperangan melawan kaum murtad. Kondisi seper ti itu mendorong Umar bin Khatthab untuk mendesak Abu Bakar agar me ngumpulkan Alquran yang tercecer. Awalnya, Abu Bakar merasa khawa tir, jika mengumpulkan Alquran da lam satu kitab itu merupakan sesuatu yang mengada-ada karena pada zaman Rasulullah SAW, hal itu tidak pernah dilakukan.
Akan tetapi, atas desakan Umar, Abu Bakar akhirnya memerintah Hafshah untuk mengumpulkan Alquran, sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Alquran berada di rumah Hafshah hingga dia meninggal. Dia dilahirkan pada tahun yang terkenal dalam sejarah orang Quraisy, yaitu ketika Rasullullah SAW me mindahkan Hajar Aswad ke tempatnya semula setelah Kabah dibangun kembali setelah roboh karena banjir.
Hafshah dibesarkan dengan mewa risi sifat ayahnya. Dalam soal keberanian, dia berbeda dengan wanita lain, kepribadiannya kuat dan ucapannya tegas. Aisyah melukiskan bahwa sifat Hafshah sama dengan ayahnya. Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah adalah kepandaiannva dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum perempuan.
Hafshah tidak termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam, karena ketika awal penyebaran Islam, ayahnya, Umar bin Khattab, masih menjadi musuh utama umat Islam hingga suatu hari Umar mendapat hidayah untuk masuk Islam. Setelah menyatakan keislamannya, Umar segera menemui sanak keluarganya dan mengajak mereka memeluk Islam. Seluruh anggota keluarga menerima ajakan Umar, termasuk Hafshah yang ketika itu baru berusia 10 tahun.
Hafshah menikah dengan Khunais bin Hudzafah bin Qais As-Sahmi Al-Quraisy. Ia adalah seorang sahabat yang turut dua kali hijrah ke Habsyi dan Madinah serta ikut dalam perang Badar dan Uhud. Khunais wafat di Madinah karena luka yang menimpanya saat perang Uhud, sehingga Hafshah menjadi janda pada usia 18 tahun. Umar sangat sedih karena anaknya sudah menjanda pada usia yang sangat muda.
Tekun beribadah
Umar pun datang kepada Abu Bakar, agar menikahi putrinya tersebut. Karena tak ada jawaban dari Abu Bakar, Umar pun datang kepada Ustman. Namun, lagi-lagi tak ada jawaban yang memuaskan hati Umar. Akhirnya, Umar mendatangi Rasulullah SAW. Rasulullah pun menerima Hafshah untuk menjadi istrinya.
Pada bulan Sya'ban tahun ketiga Hijri yah berlangsunglah pernikahan Rasulullah SAW dengan Hafshah binti Umar. Dengan demikian bergabunglah Hafshah bersama istri-istri Nabi SAW yang ada saat itu, yakni ummahatul mukmininyang suci, Saudah dan Aisyah. Hafshah pun dikenal sebagai wani ta yang tekun beribadah. Dia rajin puasa sunnah dan tak pernah meninggalkan shalat tahajjud. Karenanya, Malaikat Jibril membelanya, bahkan menyampaikan jaminan Allah bahwa Hafshah termasuk salah satu istri Nabi di surga kelak.
Di antara istri-istri Nabi masingmasing memiliki kelebihan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hafshah sendiri terkenal sebagai wanita yang banyak meriwayatkan hadis Rasulullah SAW hingga wafatnya. Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Hafshah selalu meniru segala jejak dan amal Rasululllah. Hafshah selalu dijadikan sebagai rujukan Abdul lah bin Umar dan para sahabat lainnya.
Hafshah tempat bertanya tentang hadis yang tidak diketahui banyak orang saat itu. Dari segi ibadah, Hafshah terkenal dengan julukan al shawwamah al qawwamah atau yang senantiasa puasa dan bangun malam. c81/berbagai sumber
Kehancuran Bangsa
Kehancuran Bangsa
Kehancuran Bangsa By Muhamad Wahyuni Nafis
[Photo] ''Jika kalian semua berpaling (dari kebenaran yang sudah ditegaskan oleh Allah), maka Allah akan menggantikan kalian dengan kaum yang lain, yang sama sekali berbeda dengan kalian,'' [QS Muhammad (47):38]. Firman Allah di atas memberikan gambaran kepada kita tentang sebuah bangsa yang bila tidak memperhatikan aturan-aturan benar yang diperintahkan oleh Allah, maka bangsa tersebut (bangsa apa pun, Muslim maupun non-Muslim), akan mengalami kehancuran.
Berdasarkan petunjuk Alquran, sedikitnya kita memperoleh empat persoalan sosial-politik yang bila dilanggar oleh suatu negeri, maka negeri tersebut akan mengalami kehancuran. Pertama, bila orang-orang miskin dan kelas yang rendah dalam masyarakat mengalami ketertindasan dan eksploitasi secara politik dan ekonomi. Sehingga, mereka tidak mampu lagi memperjuangkan hak-hak asasinya. Kemiskinan yang mereka alami bukan karena mereka malas dan tidak mau bekerja keras, tapi karena adanya ketidakadilan sistem sosial-politik yang dijalankan oleh para penguasa.
Penyelesaian problem sosial ini harus dipecahkan secara individual dan sosial sekaligus berbarengan. Karena itu, selain setiap orang harus adil [QS Al-Maidah (5):8], juga setiap orang harus membantu orang-orang miskin dan telantar, semisal yatim-piatu. Sebab, ''di dalam kekayaan orang-orang kaya itu terdapat hak orang miskin, baik yang meminta maupun yang tidak meminta'' [QS Al-Ma'arij (70):24-25].
Kedua, bila suatu bangsa telah terjerumus ke dalam kemusyrikan dan kebebasan yang liar. Kita bisa memperhatikan keadaan masyarakat pada zaman Nabi Nuh dan Nabi Luth [lihat QS An-Najm (53): 52-53]. Ketiga, bila orang-orang kaya dalam suatu negeri itu berbuat aniaya (merusak) dan durhaka [QS Al-Isra (17):16]. Ini jelas sekali. Karena mereka, dengan kekayaannya, bisa mempermainkan banyak hal. Menumpuk bahan-bahan pokok makanan dan memonopolinya, menyebarkan isu-isu negatif dalam berbagai media informasi yang secara ekonomi di bawah kekuasaannya, dan lain-lain. Seperti halnya penguasa, orang kaya pun bisa menukar kebenaran dengan kebatilan.
Keempat, bila para pemimpin agama telah menyelewengkan perannya sebagai kekuatan spiritual dan moral. Penyelewengan itu terjadi karena hati nurani mereka sudah tidak bisa tergugah lagi bila mereka melakukan dan melihat kesalahan. Sehingga, mereka mengkompromikan kebenaran dengan hawa nafsu yang sesat dari orang-orang kaya atau para penguasa. Dalam hal ini Alquran, seperti halnya para pemimpin kaum Yahudi dan Nasrani, menuduh mereka ''telah menjual ayat-ayat Allah untuk jumlah uang yang sedikit'' [lihat QS Al-Baqarah (2):41, 79 dan 174; juga Ali Imran (3):77 dan 187]. Bila keempat hal di atas terjadi dalam sebuah bangsa, maka jelas kekuatan moral tidak berfungsi lagi. Kira-kira inilah yang menyebabkan mengapa Alquran tak henti-hentinya menyuruh manusia mempelajari sejarah bangsa-bangsa di masa lampau [QS Al Hajj (22): 45]. - ah.mr-republika
Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia
Beberapa penyakit dapat menyerang sistem reproduksi manusia, penyakit tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Gonorhea (Kencing Nanah)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Bakteri ini selain menimbulkan radang pada organ reproduksi (vagina, saluran Fallopii, epididimis, kelenjar prostat), juga dapat menimbulkan radang pada saluran kemih, mata, persendian, dan selaput otak. Kalau tidak segera diobati, penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan. Penyakit ini dapat menular dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dilahirkannya. Beberapa bayi menjadi buta karenanya.
Adapun tanda dan gejala-gejala penyakit ini sebagai berikut.
- Terdapat nanah di ujung saluran kencing.
- Rasa terbakar pada saat buang air kecil
- Pada laki-laki, uretra menjadi sempit sehingga sulit buang air kecil. Pada beberapa kasus, testes menjadi rusak sehingga orang yang bersangkutan menjadi mandul.
- Pada wanita, terdapat nanah dari vagina yang mungkin dapat menyebar ke rahim dan indung telur. Akibatnva, wanita yang bersangkutan menjadi mandul.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Penyakit ini terdiri atas beberapa stadium. Pada stadium lanjut, sifilis tidak hanya menyerang organ-organ reproduksi, tetapi juga menyerang organorgan tubuh yang lain, misalnya hati, susunan saraf, dan otak.
3. Herpes Genital
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks serotipe 2 dan ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini selain menyerang organ-organ reproduksi laki-laki dan perempuan, juga menyerang kulit. Sekarang sudah diketahui bahwa ada hubungan antara infeksi virus herpes dan kanker leher rahim.
4. Keputihan (Fluor Albus)
Penyakit yang dialami perempuan ini disebabkan oleh berbagai parasit, antara lain jamur Candida albicans, Protozoa dari jenis Trichomonas vaginalis, bakteri, dan virus. Candida albicans menyukai lingkungan yang mengandung gula dan hangat. Jamur ini sering ditemukan pada perempuan hamil dan penderita diabetes melitus (kencing manis).
5. AIDS
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome (sindrom hilangnya kekebalan karena bentukan). Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV (Human Immtmodeficiency Virus). Sampai sekarang, penyakit mematikan ini belum ada obatnya. Orang yang terinfeksi virus HIV tidak langsung menderita AIDS. Penyakit ini baru terlihat setelah enam bulan sampai lima tahun, bergantung pada ketahanan tubuh seseorang. Penyakit ini menyerang sel-sel darah putih yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, jika terinfeksi kuman tertentu yang bagi orang biasa tidak membahayakan. penderita AIDS dapat meninggal. Kita tidak perlu panik menghadapi penyakit ini jika mengetahui cara penularannya. Tidak seperti influenza yang penularannya melalui udara, penyakit ini menular melalui cairan tubuh. Menghirup udara
di sekitar penderita AIDS atau bersalaman dengan penderita AIDS, tidak menyebabkan tertular. AIDS dapat menular melalui transfusi darah dari penderitaAIDS, melalui jarum suntik yang pernah dipakai penderita AIDS, dan berhubungan seksual dengan penderita AIDS. Bayi yang dikandung ibu penderita AIDS kemungkinan juga dapat tertular.
Setelah Garis Kemiskinan Sajogyo
Setelah Garis Kemiskinan Sajogyo
Garis kemiskinan itu digunakan secara luas sejak tahun 1977, sebelum akhirnya pemerintah secara resmi menggunakan garis kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS)
Siklus Menstruasi
1. Fase menstruasi
2. Fase pra-ovulasi
3. Fase ovulasi
4. Fase pasca ovulasi
Tulisan yang sejenis:
Organ reproduksi wanita
Kelainan dan Penyakit pada Sistem Reproduksi pada Manusia
Remaja Harus Dapat Informasi Kespro (kesehatan reproduksi)
Proses Reproduksi pada Manusia
Penyakit Menular Lewat Hubungan Seksual (PMS)
AIDS
Organ reproduksi wanita
Organ Reproduksi Pria
KELEMBUTAN DI BULAN SUCI...
Ibnu Abbas RA menceritakan:
"Nabi -Shollallahu 'alaihi wasallam- adalah orang yang paling lembut dalam kebaikan, apalagi di bulan Ramadhan ketika ditemui oleh Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam Ramadhan dan mengajarkan Al-Qur'an bersamanya. Beliau –lah orang yang penuh kelembutan melebihi hembusan angin sepoi-sepoi". [HR. Al-Bukhoriy (1803)]
KISAH HIKMAH KELEMBUTAN NABI SAW
ROMANTIS TERHADAP ISTRI
Nabi SAW menggunakan panggilan kesayangan kepada Aisyah ra istrinya dengan "Ya Humaira" (Perempuan yang Manis). Aisyah suatu ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, "ah semua perilakunya indah." Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. "Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'" Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.
Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu." Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya." Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.
BERCENGKRAMA DENGAN ANAK CUCUNYA
Ya Rasulullah..engkaluah sebaik-baik penyayang..engkau yang hadirmu adalah rahmat bagi semesta alam…
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."( Al Anbiyaa : 107 )
Engkau yang ketika menjadi immam dan mendengar tangisan bayi, mempercepat bacaan sholat karena tak ingin memberatkan ibu si bayi yang turut sholat. Engkaulah kakek yang ketika sedang sujud, Hasan menaiki punggungmu, kau panjangkan sujudmu karena tak ingin menggangu cucumu. Engkau yang paling penyayang pada keluarga…yang selalu tersenyum dan menggendong Hasan Husein serta mencium keduanya…yang setiap bertemu Fatimah Az Zahra kau selalu kecup kedua matanya.. yang membantu keluarga, menambal sepatu, menjahit baju , dan memerah susu demi tak mau merepotkan mereka .Engkaulah yang mulia, yang mendampingi seorang gadis kecil yang menggandeng tanganmu sampai keluar Madinah untuk membeli keperluan…kau tidak menolaknya..bahkan kau antarkan gadis kecil itu sampai kembalinya. Engkaulah yang menemani Umair bermain-main untuk menghapuskan kesedihan sang anak saat burung pipitnya – Nughair- mati. Engkaulah yang setiap pagi mendatangi , menghaluskan dan menyuapi makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang selalu menghinakanmu. Kau yang pada kambing yang akan disembelih pun perhatian…kau perintahkan agar menajamkan pisau dahulu setajam-tajamnya baru menidurkan binatang itu secara miring, dan melarang sebaliknya.
MAJELIS PENUH CINTA
Begitu mengesankan sikap penghormatan Nabi SAW kepada para sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika salah seorang sahabat terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi.
PUKULAN TONGKAT BALASAN
Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!" Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, "Dahulu ketika engkau memeriksa barisa di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini." Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap "membereskan" orang itu. Nabi melarangnya. Nabi pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah Nabi. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi keheranan ketika Nabi meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul berikan pada mereka.
Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, "lakukanlah!" Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah." Seketika itu juga terdengar ucapan, "Allahu Akbar" berkali-kali. sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil Nabi.
YAHUDI PUN MERASAKAN KELEMBUTANNYA
Setiap kali Rosulullah hendak kepasar Ukaz selalu melewati satu gang kecil yang merupakan jalan tembus terdekat ke pasar tersebut. Namun di kiri-kanan gang tersebut banyak dihuni rumah petakan kaum yahudi. Mereka sering mencemooh, memaki, meledek, bahkan ada seorang yahudi kasar sering melempar Rosulullah SAW dengan kotoran.
Hampir setiap kali Rosul ke pasar, sapaan kasar, hinaan, dan lemparan kotoran mendarat di telinga dan wajah serta badannya. Namun karena mental seorang utusan Tuhan, maka sikap sabar dan senyum selalu menghiasai wajahnya.Anehnya, justru sikap anaknya Fatimah az Zahra, para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar sangat prihatin dan emosional atas perlakuan Yahudi terhadap Rosulullah. Bahkan malaikat yang ditakdirkan tanpa emosipun ikut panas melihat perlakuan pemuda bergelar Al Amin tersebut.
"Engkau kan Rosulullah, mengapa tidak marah dan membalas lemparan kotoran dan makian Yahudi itu?" demikian celoteh Fatimah as. Apa jawab Rosul: "Innahum ma laa ya'lamuun" (Sesungguhnya mereka tak tahu apa yang mereka kerjakan).
Sikap serupa disampaikan Abu Bakar Shiddiq, "Wahai Rosul, kalau Engkau berkenan, aku akan membalas sikap kasar mereka kepada Engkau." Jawab Rosul pun sama: "Innahum ma laa ya'lamuun".
Tak ketinggalan Umar bin Khattab yang mantan preman pasar Ukaz lebih tegas menyatakan: "Wahai
Rosulullah, jika Engkau mengizinkan akan aku tebas batang leher yahudi brengsek yang sering melempari kotoran terhadap-Mu!" Rosul pun konsisten dengan jawabannya: "Innahum ma laa ya'lamuun".
Pernah suatu ketika Rosulullah SAW membersihkan kotoran bekas lemparan si Yahudi usil di bawah pohon dekat sebuah bukit, datang malaikat dengan wajah sedih bercampur geram. "Wahai Rosul, aku tak tega melihat perlakuan mereka terhadap Engkau. Jikalau Engkau berkenan akan aku balikkan bukit ini dan aku tumpahkan di atas kediaman mereka. Atau aku akan cabut nyawa mereka dengan cara yang paling menyakitkan," demikian pinta Izrail.
Tapi, itulah dia Muhammad SAW. Dengan kecerdasan emosional yang optimum tetap mengatakan "Innahum ma lla ya'lamuun".
Suatu hari Rosul kembali melewati gang yang sama menuju pasar Ukaz. Tapi hari itu Rosul tidak mendapati lemparan kotoran dan makian si yahudi yang sengit itu. Lalu Rosul bertanya kepada para tetangga Yahudi itu," Kemana saudaraku yang rajin menegurkan (baca: melempar kotoran) kala aku lewat di gang ini?"
Tetangga itu berkata: "Dia sedang sakit di ruang atas, badannya panas dan menggigil, dia seperti hendakberpulang karena sakitnya parah!" Lantas Rosul pun beranjak ke atas menemui Yahudi usil tersebut, ketika dihampiri Rosul si Yahudi ketakutan bukan main dan dengan tubuh gemetar dan keringat menjagung dia memohon: "Jangan, jangan kau sakiti aku, aku minta maaf atas keburukan perilakuku. Tapi bila Engkau hendak membalas dendam, aku akan pasrah menerimanya."
Rosul pun tersenyum dan mendekati si Yahudi sambil mengambil segelas air zam-zam, lalu air itu dibacakan doa untuk si Yahudi. "Minumlah ini air, Insya Allah kamu akan sembuh," ujar Rosulullah.
Kontan saja, setelah air diminum tubuh si Yahudi tampak lebih bugar dan sehat. "Kalau boleh aku mintamaaf sekali lagi, tapi siapakah Anda hai Bapak?" Rosul pun menjawab: "Sayalah Muhammad, Rosul Allah yang ditugaskan untuk memperbaiki akhlaq!" Sejak saat itu si Yahudi bertobat dan memeluk agama yang diajarkan Rosulullah. "Subhanallah, begitu agung akhlaq-Mu Ya Rosul," ujar Abu Bakar.
Di lain waktu, Rosulullah selalu memiliki kebiasaan jika hendak bepergian ke luar kota. Dia membawa empat bungkus gandum matang (menyerupai roti) untuk bekal perjalanan, dan membawa empat bungkus uang dirham untuk diinfaqkan kepada fakir miskin. Di perbatasan kota ada seorang pengemis Yahudi tua, renta dan buta, yang selalu nyeracau dan memburuk-burukkan Muhammad SAW.
"Muhammad brengsek, Muhammad manusia kasar, Muhammad penipu, penyihir, gila. Muhammad akan kubunuh kau," demikian dia memaki Rosul.
Tapi setiap kali dicaci maki dan diumpat akan dibunuh, Rosul bukannya marah, malah sebaliknya tersenyum sambil mendekati sang Yahudi tua. Dikeluarkannya sebungkus gandum matang itu, lalu dihaluskan dan secara perlahan disuapkan gandum itu kemulut sang bapak tua. Tentu saja ceracau dan makian si kakek terhenti karena harus makan gandum yang sudah lembut, walau tak berucap terima kasih.
Kebiasaan itu hampir rutin dilakukan Rosulullah ketika hendak pergi ke luar kota, dan kebiasaan memaki dan nyeracau itu pula yang sering dilakukan si kakek tua.
Suatu hari, saat Rosul telah wafat dan khalifah Umar bin Khattab memimpin jazirah Arab, bertanyalah Umar kepada Fatimah az Zahra, anak Rosulullah. "Wahai Fatimah, amalan apa yang belum aku lakukan dari akhlaq mulia yang dilakukan Rosulullah?" Fatimah pun menjelaskan kebiasaan Rosul ketika hendak pergi ke luar kota selalu memberi suapan terhadap kakek Yahudi yang memakinya.
Maka pergilah Umar ke luar kota, betul saja, di perbatasan ada seorang kakek tua sedang nyeracau danterus memaki Rosulullah. Karena kesal, gandum matang yang dibawanya langsung disumpalkan ke mulut sang kakek Yahudi, maka diamlah si kakek sambil menghabiskan gandum tersebut.
Setelah kenyang mengunyah sumpalan gandum matang itu, si kakek bertanya:"Rasanya anda bukan orang yang biasa menyapa saya dengan gandum halusnya, Anda siapa dan kemana orang yang selalu menyapa aku dengan kasih sayang itu?"
Umar dengan tegas berteriak: "Aku adalah khalifah Umar bin Khattab, dan orang yang selalu menyuapi kamu dengan lembut itu adalah orang yang setiap hari kamu maki-maki!". Terkesiap si kakek Yahudi sambil matanya berlinang dan diam beribu basa sekitar 30 menit, maka pada menit berikutnya dia menangis sejadi-jadinya dan menyesali perbuatannya.
"Ya khalifah, ampuni aku dan aku akan memeluk agama yang diajarkan Rosulmu," akhirnya si Yahudi tua pun tersungkur bersimpuh, menangisi kekasarannya terhadap Rosulullah.
Nabi Muhammad ketika saat haji Wada', di padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, "Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?" Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi melanjutkan, "Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian, bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah ku sampaikan pada kalian wahyu dari Allah...?" Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, "benar ya Rasul!"
Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, "Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah!". Nabi meminta kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah."Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat ingin ditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi kami. Ya Allah saksikanlah... Ya Allah saksikanlah Ya Allah saksikanlah"