Oleh : M. Arief G
Dahulu kala, di Cina, hiduplah seorang raja bernama kaisar Yuang. Raja mempunyai permaisuri bernama Ratu Yin. Ia sangat cantik. Sayang sekali ratu yang berparas cantik tidak pernah tertawa. Wajahnya yang ayu senantiasa kelihatan kutuh dan muram. Tak seorang pun tahu apa sebabnya demikian.
Kaisar Yuang keras agar permaisurinya dapat terkenal. Badut-badut kondang dipanggil ke istana. Berbagai tontonan lucu dan menarik digelar. Sayang sekali itu semua tidak berhasil membuat ratu Yin tertawa. Bahkan tersenyum pun tidak. Kaisar Yuang pusing tujuh keliling. Akhirnya ia mengadakan sayembara. Barang siapa membuat permaisuri ketawa akan diberi hadiah satu kantong emas. Sebaliknya, bila gagal akan dihukum. Sayembara dimulai dan tidak seorangpun tidak membuat ratu Yin tertawa.
Selama ini kaisar Yuang tahu bahwa permaisurinya mempunyai kegemaran yang agak aneh. Ratu Ying senang mendengarkan kain sutra lembut yang disobek perlahan-lahan. Bila mendengar suara itu parasnya berubah gembira. Ia tidak cemberut lagi meski tetap tidak dapat tertawa. Bibirnya hanya tersenyum tipis.
Kaisar berpikir barangkali permaisuri akan tertawa apabila mendengar suara kain sutra yang dirobek terus menerus. Kaisar segera memerintahkan tukang tenun di seluruh negri untuk memintal kain sutra. Tak lama kemudian semua benang sutra di negri itu habis dipintal. Beribu-ribu kain sutra diusung ke istana.
Di depan ratu Yin gulungan kain sutra itu sedikit demi sedikit dirobek. Mendengar suara lembut robekan kain sutra itu, wajah permaisuri cerah. Seperti yang sudah-sudah. Permaisuri tidak sampai tertawa, ia hanya tersenyum tipis. Beberapa hari kemudian ketika kain sutra telah habis dirobek, wajahnya kembali muram.
Kaisar Yuang kehabisan akal. Akhirnya ia menanyai permaisuri. “Permaisuriku, katakanlah apa yang dapat membuatmu tertawa. Berbagai cara telah aku lakuka n. engkau tidak pernah ketawa. Apakah ada sesuatu yang dapat membuatmu tertawa?”. “Hanya satu yang membuatku tertawa, kanda.” “katakanlah! Aku akan melakukan apa saja agar engkau dapat tertawa.” “aku akan tertawa bila melihat panglima dan para prajurit berkumpul di depanku dengan wajah blo’on.” “Panglima dan para prajurit blo’on ?!”. kaisar tersentak mendengar permintaan ratu Yin. Ia hanya termangu di kursinya merenung. Akhirnya ia menemukan cara untuk memenuhi permintaan permaisurinya.
Suatu malam yang gelap gulita, kaisar memerintahkan salah satu pengawal pribadinya menyalakan lampu bahaya yang terletak di puncak gunung. Dengan sembunyi-sembunyi pengawal tersebut berjalan menuju gunung. Sebetulnya dia sendiri heran memikirkan perintah kaisar. Lampu bahaya boleh dinyalakan bila keselamatan negara terancam. Mengapa kaisar mengeluarkan perintah menyalakan lampu selama ini? padahal negara dalam keadaan aman, tentram dan damai. Berbagai pertanyaan muncul di otaknya. Namun pengawal itu tidak berani membantah. Iapun segera menyalakan lampu bahaya.
Begitu lampu bahaya menyala, para prajurit jaga dan panglima segera berlari ke istana dengan senjata lengkap. Mereka menduga musuh telah mengepung istana atau ada bahaya yang mengancam keselamatan raja dan ratu Yin.
Sampai di istana, panglima dan para prajurit keheranan. Wajahnya seperti seorang blo’on. Ternyata istana aman. Mereka bingung mengapa lampu bahaya dinyalahkan padahal tidak ada bahaya yang mengancam keselamatan negara atau kaisar dan ratu Yin. Mereka saling pandang satu sama lain.
Melihat wajah panglima dan prajurit yang kelihatan blo’on dan lucu, ratu Yin tertawa terpingkal-pingkal, sangking gembiranya ratu Yin sampai mengeluarkan air mata. Melihat hal itu para prajurit semakin bengong. Dan semakin mereka bengong, semakin keras tawa sang Ratu.
Cerita Yang Lain:
Bundaku
Gadis Hujan
Kidung Sunyi
Pantun Anak-Anak
Pedagang Asongan
PAHLAWAN TAK DIKENAL
PADAMU JUA
Malam Sendu
Bisnis Preview: Presentasi Standar
Tusuk Jelangkung
GANGGUAN GAIB
Umar Bin Khattab bertemu Uskup Sophronius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar