Menu 1 |
Menu 2 |
Menu 3 |
Menu 4 |
Kenikmatan Seksual adalah alamiah (hubungan seksual pria dan wanita)
sekalipun naluri melestarikan jenis dapat dipuaskan oleh manusia dengan sesama jenisnya —pria dengan pria atau wanita dengan wanita— dan dapat pula dipuaskan dengan binatang atau dengan sarana-sarana lain, tetapi cara semacam itu tidak akan mungkin mewujudkan tujuan diciptakannya naluri tersebut kecuali pada satu kondisi saja, yaitu pemuasan naluri tersebut oleh seorang wanita dengan seorang pria atau sebaliknya. Karena itu, hubungan pria-wanita atau sebaliknya, dari segi naluri seksual, adalah hubungan yang alamiah dan bukan merupakan hal yang aneh. Bahkan ia adalah hubungan asli yang dengannya dapat diwujudkan tujuan penciptaan naluri ini, yaitu melestarikan jenis manusia. Jika di antara kedua jenis tersebut terjadi hubungan ini, dalam bentuk hubungan seksual, hal itu sangat wajar dan alamiah serta bukan hal yang aneh. Bahkan hal itu merupakan keharusan demi kelestarian jenis manusia. Namun demikian, membebaskan naluri ini sangat membahayakan manusia dan kehidupan bermasyarakat. Padahal tujuan adanya naluri itu tiada lain untuk melahirkan anak dalam rangka melestarikan keturunan. Atas dasar itu, pandangan terhadap naluri ini harus difokuskan pada tujuan penciptaan naluri ini pada diri manusia, yaitu untuk melestarikan jenis, tak ada bedanya antara pria dengan wanita.
Sementara itu, rasa lezat dan nikmat yang muncul dari pemuasan naluri ini adalah sesuatu yang alamiah dan pasti, baik diperhatikan oleh manusia atau tidak. Karena itu, tidak benar kalau dikatakan bahwa rasa lezat dan nikmat harus dijauhkan dari naluri melestarikan jenis. Sebab, rasa lezat dan nikmat ini memang tidak berasal dari pandangan seseorang, melainkan sesuatu yang alami dan pasti, dan tidak mungkin dijauhkan. Karena menjauhkannya adalah hal yang mustahil. Namun pandangan terhadap naluri itu sendiri memang berasal dari pemahaman manusia terhadap pemuasan naluri dan tujuan diciptakannya naluri itu. Dari sinilah, harus diwujudkan pemahaman tertentu mengenai naluri melestarikan jenis (gharîzah an-naw‘) dan tujuan penciptaannya dalam diri manusia. Pemahaman ini akan membentuk pandangan yang khas mengenai naluri tersebut yang telah diciptakan Allah dalam diri manusia, yaitu pemahaman yang membatasi naluri tersebut pada hubungan pria dengan wanita atau sebaliknya. Di samping itu, akan terbentuk pula pandangan khas terhadap hubungan pria dan wanita, yaitu hubungan seksual/biologis antara dua lawan jenis, dalam arti memfokuskan hubungan itu pada tujuan penciptaan naluri ini, yaitu melestarikan jenis manusia. Pandangan seperti inilah yang akan dapat mewujudkan pemuasan naluri, mewujudkan tujuan diciptakannya naluri itu, dan mewujudkan ketenteraman bagi masyarakat yang mengambil dan memiliki pandangan yang khas ini.
Menjadi keharusan pula mengubah pandangan masyarakat –masyarakat mana pun— mengenai hubungan antara dua lawan jenis —yaitu hubungan seksual antara pria dan wanita— dari pandangan yang terfokus pada kelezatan dan kenikmatan seksual semata-mata, menjadi pandangan yang menganggap hubungan ini sebagai sesuatu yang alami dan pasti ada pada pemuasan naluri ini. Pandangan tersebut harus difokuskan pada tujuan penciptaan naluri tersebut. Pandangan seperti inilah yang akan mampu mempertahankan naluri seksual dan menempatkannya secara benar pada tujuan penciptaannya, yang akan memberikan kesempatan kepada manusia untuk melaksanakan segala aktivitasnya dan menyelesaikan segala urusannya yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya.
Karena itulah, setiap orang harus memiliki pemahaman tentang pemuasan naluri melestarikan keturunan (gharîzah al-naw’) dan pemahaman tentang tujuan penciptaan naluri tersebut. Masyarakat pun harus memiliki suatu peraturan yang dapat menghapuskan dari diri manusia, dominasi pikiran tentang hubungan yang bersifat seksual melulu dan anggapan bahwa hubungan itu merupakan satu-satunya perkara yang dominan. Masyarakat juga harus memiliki peraturan yang mempertahankan hubungan tolong menolong antara pria dan wanita. Sebab, tidak ada kebaikan pada suatu komunitas masyarakat, kecuali dengan adanya tolong menolong antara pria dan wanita, sebagai dua pihak yang saling bersaudara dan saling menanggung berdasarkan kasih dan sayang. Atas dasar itu, harus ditegaskan perlunya mengubah secara total pandangan masyarakat mengenai hubungan pria-wanita. Pengubahan pandangan ini diharapkan akan menghilangkan dominasi pemahaman yang hanya berorientasi hubungan seksual, dan menjadikan hubungan tersebut sebagai sesuatu yang alamiah dan pasti bagi pemuasan naluri. Diharapkan pula pengubahan pandangan itu akan menghapus pemahaman yang membatasi hubungan itu sebagai hubungan yang berfokus pada kenikmatan dan kelezatan semata, dan mengubah pemahaman itu menjadi suatu pandangan yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan masyarakat, bukan pandangan mengenai dua jenis kelamin yang berorientasi seksual. Pandangan ini harus selalu didominasi oleh kesenangan mencari kenikmatan dan pelampiasan syahwat. Pandangan tersebut tidak mengingkari manusia untuk meraih kenikmatan dan kelezatan hubungan seksual, tetapi menjadikannya sebagai suatu bentuk kenikmatan yang dibenarkan oleh syariah, mampu melestarikan keturunan, dan selaras dengan tujuan tertinggi seorang Muslim, yaitu mendapatkan keridhaan Allah SWT Ayat-maknanya pada naluri melestarikan menjelaskan bahwa kehidupan suami-maksudnya untuk melestarikan keturunan. Dengan kata lain, naluri ini semata-mata diciptakan Allah SWT demi kehidupan bersuami-istri saja. Banyak ayat al-Quran menjelaskan pengertian ini dengan berbagai cara dan makna yang beragam, agar pandangan masyarakat terhadap hubungan pria dan wanita terbatas pada kehidupan suami-istri saja, bukan pada hubungan seksual pria dan wanita.
Labels:
Agama,
Pendidikan
Wanita adalah manusia, sebagaimana halnya pria
Allah telah menciptakan manusia, baik pria maupun wanita, dengan suatu fitrah tertentu yang berbeda dengan hewan. Wanita adalah manusia, sebagaimana halnya pria. Masing-masing tidak berbeda dari lainnya dari aspek kemanusiaannya. Yang satu tidak melebihi yang lainnya pada aspek ini. Allah telah mempersiapkan kedua-duanya untuk mengarungi kancah kehidupan dengan sifat kemanusiaannya. Allah telah menjadikan pria dan wanita untuk hidup bersama dalam satu masyarakat. Allah juga telah menetapkan bahwa kelestarian jenis manusia bergantung pada interaksi kedua jenis tersebut dan pada keberadaan keduanya pada setiap masyarakat. Karena itu, tidak boleh memandang salah satunya kecuali dengan pandangan yang sama atas yang lain, bahwa ia adalah manusia yang mempunyai berbagai ciri khas manusia dan segala potensi yang mendukung kehidupannya.
Allah telah menciptakan pada masing-masingnya potensi kehidupan (thâqah hayawiyyah), yaitu potensi yang juga diciptakan Allah pada yang lainnya. Allah telah menjadikan pada masing-masingnya kebutuhan jasmani (hâjât ‘udhwiyyah) seperti rasa lapar, rasa dahaga, atau buang hajat; serta berbagai naluri (gharâ’iz), yaitu naluri mempertahankan diri (gharîzah al-baqa’), naluri melestarikan keturunan (gharîzah al-naw’), dan naluri beragama (gharizah al-tadayyun). Kebutuhan jasmani maupun naluri-naluri ini ada pada masing-masing jenis kelamin. Allah juga menjadikan pada keduanya daya pikir, yaitu daya pikir yang ada pada pria dan wanita. Sebab, akal yang terdapat pada pria adalah akal yang juga terdapat pada wanita; karena akal yang diciptakan Allah adalah akal manusia bukan akal pria atau akal wanita saja.
Hanya saja, sekalipun naluri melestarikan jenis dapat dipuaskan oleh manusia dengan sesama jenisnya —pria dengan pria atau wanita dengan wanita— dan dapat pula dipuaskan dengan binatang atau dengan sarana-sarana lain, tetapi cara semacam itu tidak akan mungkin mewujudkan tujuan diciptakannya naluri tersebut kecuali pada satu kondisi saja, yaitu pemuasan naluri tersebut oleh seorang wanita dengan seorang pria atau sebaliknya. Karena itu, hubungan pria-wanita atau sebaliknya, dari segi naluri seksual, adalah hubungan yang alamiah dan bukan merupakan hal yang aneh. Bahkan ia adalah hubungan asli yang dengannya dapat diwujudkan tujuan penciptaan naluri ini, yaitu melestarikan jenis manusia. Jika di antara kedua jenis tersebut terjadi hubungan ini, dalam bentuk hubungan seksual, hal itu sangat wajar dan alamiah serta bukan hal yang aneh. Bahkan hal itu merupakan keharusan demi kelestarian jenis manusia. Namun demikian, membebaskan naluri ini sangat membahayakan manusia dan kehidupan bermasyarakat. Padahal tujuan adanya naluri itu tiada lain untuk melahirkan anak dalam rangka melestarikan keturunan. Atas dasar itu, pandangan terhadap naluri ini harus difokuskan pada tujuan penciptaan naluri ini pada diri manusia, yaitu untuk melestarikan jenis, tak ada bedanya antarapria dengan wanita.
Labels:
Agama,
Pendidikan
Kumpulan Artikel tentang Seni TEATER
Artikel tentang air minum dan mesin isi ulang
Berikut ini adalah kumpulan artikel mengenai air minum pemasangan filter isi ulang dan bisnis depot air minum isi ulang untuk memudahkan pencarian bagi para pengunjung semua. Berbagai tulisan tentang usaha penjualan air minum isi ulang termasuk air oksigen, bio energi dan hexagonal yang diseleksi dengan label air minum (depot isi ulang).
Untuk KREDIT Depo Air (Wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah saja)
Silahkan sms, kami akan menghubungi Anda.
format sms
kredit depo.nama.kota
contoh
kredit depo.Azka.Gresik
kirim ke WA
Untuk KREDIT Depo Air (Wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah saja)
Silahkan sms, kami akan menghubungi Anda.
format sms
kredit depo.nama.kota
contoh
kredit depo.Azka.Gresik
kirim ke WA


Artikel tentang Carteran / Sewa Mobil
Kumpulan artikel mengenai carteran dan persewaan mobil dari carteran.com untuk memudahkan pencarian bagi yang membutuhkan. Berbagai tulisan tentang usaha carter dan sewa mobil yang diseleksi dengan label carteran mobil.
Koleksi Model Abaya desain baru dari Mode Ok -
Berikut ini adalah daftar link posting gambar Abaya dari mode ok -. Semua kategori yang diberi label abaya ditampilkan disini untuk memudahkan pencarian bagi yang membutuhkan. Memang salah satu busana yang banyak dicari adalah bentuk abaya ini.
Sistem Struktur untuk teori Arsitektur

1. Struktur kabel dan balon yang hanya mengalami gaya tarik
Yakni menggunakan bahan yang lentur (kabel), tenda (jaringan kabel), atau yang elastis (balon) untuk gaya tarik saja.
2. Struktur rangka batang dalam bidang maupun dalam ruang
Struktur batang yang hanya menerima gaya tekan atau gaya tarik saja karena penampang lintang terbatas. Yang termasuk kelompok ini antara lain rangka batang yang datar, rangka batang yang dilipat, dan rangka batang dalam ruang.
3. Struktur bangunan berbentuk balok, pelat dinding, dan portal
Harga Relatif sebagai salah satu atribut produk
Harga relatif, sebagai salah satu atribut produk, amat berguna dan pervasif sehingga cukup beralasan untuk dibahas secara terpisah. Dalam beberapa kelas produk terdapat lima tingkat harga yang berkembang dengan baik. Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan menentukan dimana posisi merek tersebut dalam satu atau dua tingkat harga ini. Posisioning yang dikaitkan dengan harga relatif bisa kompleks. Merek biasanya perlu berada di satu kategori harga. Maka dari itu tugas selanjutnya adalah memposisikan agar tawarannya berjauhan dari merek-merek lain pada tingkat harga yang sama. Salah satu caranya adalah mengaitkan tawarannya pada tingkat harga yang lebih tinggi. Menaikkan tingkatan merek untuk melakukan posisioning melawan merek-merek dengan harga relatif yang lebih tinggi merupakan cara yang berbahaya.
Segmen utama (premium segment) memang menggiurkan di banyak pasar karena seringkali mewakili suatu wilayah dengan pertumbuhan tinggi dan margin laba yang tinggi. Untuk menjadi bagian dari kategori utama, sebuah merek harus menawarkan suatu aspek yang dipercaya unggul dalam soal kualitas, atau sungguh-sungguh bisa memberikan jaminan harga optimum. Salah satu sarana dalam membantu mewujudkan posisioning tersebut adalah sebuah merek yang mempunyai konotasi “utama”. Adalah sulit untuk melancarkan usaha-usaha untuk mengangkat sebuah merek. Nama merek itu sendiri berarti harga yang relatif lebih rendah. Jadi, persoalannya dalam hal ini adalah status dan kualitas utama yang jauh lebih sulit untuk diraih. Jauh lebih mudah untuk menurunkan sebuah merek daripada membuatnya naik. Namun, bergerak turun, mengundang resiko rusaknya asosiasi kualitas yang sudah ada.
Selengkapnya tentang Merek bisa dilihat di sini.
Labels:
Merek
Memberikan Kualitas Tinggi dalam hubungannya dengan Merek
Langkah pertama menuju pengikatan kesan kualitas adalah mengembangkan kapabilitas untuk memberikan tingkat kualitas yang tinggi. Biasanya sia-sia berusaha meyakinkan para pelanggan bahwa kualitas suatu merek adalah tinggi padahal sebenarnya tidak. Jika pengalaman dari menggunakan dari para pelanggan tidak sejalan dengan posisi kualitas tersebut, maka pencitraannya tidak bisa dilestarikan.
Tentu saja pemberian kualitas tinggi akan bergantung pada konteks. Titik terpenting dari pengalaman Xerox membangkitkan kualitas perusahaan mereka diakhir tahun 1970-an adalah desain produk yaitu: mendesain produk yang secara intern lebih bisa diandalkan (kendati kecepatan turbo harus dikorbankan). Sementara, sebuah bank meningkatkan kualitasnya dengan memfokuskan pada interaksi antara para pegawainya dengan pelanggan. Dalam berbagai penelitian yang menyelidiki pencapaian kualitas, hal-hal berikut ini muncul secara konstan;
1. Komitmen terhadap kualitas
2. Suatu budaya kualitas
3. Masukan Pelanggan
4. Pengukuran/sasaran/standar
5. Mengizinkan pegawai berinisiatif
6. Harapan-harapan pelanggan
Selengkapnya tentang Merek bisa dilihat di sini.
ARSITEKTUR
Agama
Air
Akuntansi
Artikel
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Bank Soal
Biologi
Budaya
Cerita
Cerpen
Fiksi
Fisika
Gizi
Internet
Kesehatan
Kesenian
Kimia
Komputer
Latihan Soal
Marketing
Matematika
Naskah Drama
Patiseri
Pengetahuan
Puisi
Resep Masakan
Sejarah
Sekretaris
Seks
Struktur
Teknologi
Tips
USAHA
bisnis
iklan
manajemen