Serangan asma hebatnya telah menjadi semakin parah menjadi gejala tertekannya pernafasan setelah ia dewasa. Sederhananya, paru-parunya telah sepenuhnya dicengkeram, persis seperti mesin mobil ketika kehabisan bensin.
Hal terakhir yang diingatnya malam itu adalah lantai rumah sakit yang segera menghantamnya, lalu segalanya gelap. Komanya berlangsung selama 15 hari, dimana bobotnya turun 40 pon. Ketika akhirnya ia siuman, ia tidak mampu berbicara selama 2 minggu berikutnya. Itu baik, sebab untuk pertamakalinya dalam bertahun-tahun, ia jadi sempat berpikir. Mengapakah kehidupan hampir-hampir menguap, padahal usianya baru 20 tahun? Para dokter telah luarbiasa berhasil mempertahankan nyawanya, sebab yang lain sudah putus asa.
Brent merenung dalam-dalam. Asma telah menjadi bagian dari kehidupannya semenjak lahir. Ia terkenal di rumahsakit setelah beberapakali dirawat untuk menstabilkan kondisinya. Walaupun energinya banyak sekali ketika masih kecil, ia tidak pernah dapat berpartisipasi dalam kegiatan fisik apapun seperti anak-anak sebayanya, seperti main sepatu roda atau hockey. Di usia 10 tahun, orangtuanya bercerai dan semua frustasinya yang terpendam akhirnya meledak. Beberapa tahun berikutnya merupakan spiral kemerosotan yang menuntun kepada narkoba, dimana ia bisa menghabiskan 30 batang rokok dalam seharinya.
Ia tidak lulus sekolah dan secara tak terarah terus pindah kerja. Walaupun kesehatannya terus semakin parah, ia memilih mengabaikannya – hingga malam yang naas itu, ketika tubuh mengatakan, “cukup sudah!”. Sekarang sempat merenung, ia sampai kepada kesimpulannya maha penting: “Semuanya ini adalah akibat ulahku sendiri lewat pilihan-pilihan yang buruk”. Tekad barunya adalah, “Cukup sudah! Aku mau hidup!”.
Secara bertahap Brent semakin kuat dan ujung-ujungnya dibebaskan dari rumah sakit. Tidak lama setelah itu, ia petakan rencana permainan yang positif untuk meningkatkan kehidupannya. Pertama ia mendaftarkan diri dalam sebuah program kebugaran. Salah satu sasaran awalnya adalah untuk memenangkan sebuah t-shirt untuk menyelesaikan 12 sesi. Dan ia berhasil. Tiga tahun kemudian ia sudah mengajar aerobik. Momentumnya terus melaju. Lima tahun setelah itu ia berkompetisi dalam national Aerobics Championships. Sementara itu, ia memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya- pertama, menyelesaikan sekolah menegahnya lalu kuliah.
Berikutnya, ia dengan seorang temannya mendirikan usaha manufaktur, Typhoon Sportwear Ltd, yang secara khusus memproduksi pakaian olahraga untuk kelompok eceran. Mulai dengan karyawan hanya 4 orang, perusahaannya baru-baru ini merayakan hari ulangtahunnya yang ke-15.
Sekarang usahanya sudah bernilai multi-jutaan dolar dengan karyawan 66 orang serta jaringan distribusi international yang memasok klien-klien berprofile tinggi seperti Nike. Dengan memutuskan untuk mengambil pilihan-pilihan yang lebih baik serta menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik, Brent Vouri mengubah kehidupannya- dari yang sebelumnya nol, menjadi pahlawan.
Dikutip dari The Power of Focus - Mark Victor Hansen
Thank to grosir.suwur.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar