Atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah- Nyalah saya mampu menyelesaikan laporan hasil penelitian etnografi sebagai tugas mata pelajaran Antropologi. Untuk itu tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali ungkapan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Laporan ini disusun selain untuk melengkapi tugas Antropologi, juga bertujuan meningkatkan motivasi dalam mempelajari dan menggali materi- materi Antropologi melalui diskusi dan wawancara. Selain itu juga sebagai media tolok ukur daya serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung ke daerah yang akan dikaji.
Surabaya, Oktober 2003
Penyusun
Pendahuluan
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya, di mana setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Begitu juga dengan hasil penelitian yang saya susun ini. Saya meneliti daerah tempat tinggal saya sendiri yang terletak di pinggiran kota Surabaya bagian barat yaitu Kupang Jaya.
Daerah ini merupakan salah satu perkampungan di pinggiran kota Surabaya yang sudah mengalami kemajuan. Penduduknya sudah mengenyam pendidikan dan sudah mengenal IPTEK serta sudah menggunakan alat- alat modern. Keadaan penduduk disini juga beragam, diantaranya ada yang bekerja sebagai kantor, wiraswasta, buruh pabrik, kuli bangunan bahkan masih ada yang pengangguran.
Mayoritas penduduknya beragama Islam. Penduduk disini terdiri dari orang Surabaya atau Jawa asli dan ada yang berasal dari luar Jawa, diantaranya dari pulau Madura bahkan masih ada warga keturunan Cina atau Tiong Hoa.
Laporan ini disusun sesuai dengan keadaan sebenarnya dan diperkuat dengan wawancara yang dilakukan kepada sesepuh kampung atau daerah ini.
1. Lokasi, lingkungan alam dan demografi
Kupang Jaya adalah salah satu perkampungan yang ada di pinggiran kota Surabaya bagian barat, tepatnya di Kelurahan Sonokwijenan dan Kecamatan Sukomanunggal. Daerah ini mendapatkan curah hujan yang cukup dengan suhu udara yang tinggi. Daerah ini merupakan perkampungan yang berpenduduk cukup padat dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhannya mereka bekerja sebagai pegawai kantor, wiraswasta, buruh pabrik dan kuli bangunan. Angka kelahiran di daerah ini cukup tinggi dan mayoritas beragama Islam.
2. Asal mula dan sejarah suku bangsa
Seperti dengan daerah- daerah yang ada di kota Surabaya, Kupang Jaya juga mempunyai cerita tentang asal- usulnya. Menurut berbagai informasi yang saya dapatkan. Daerah ini dulunya adalah rawa- rawa dan masih berupa lahan kering yang kosong.
3. Bahasa
Warga Kupang Jaya menggunakan bahasa Jawa dan Surabaya serta ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia. Apabila akan diselenggarakan sebuah acara di kampung, pengurus kampung akan mengumumkannya melalui tulisan yang diletakkan di papan pengumuman. Dalam penulisannya, bahasa Indonesia resmi akan digunakan apabila acara yang akan diselenggarakan bersifat resmi.
4. Sistem etnologi
Dalam kehidupan sehari- hari, mereka sudah menggunakan peralatan modern. Untuk memasak, mereka sudah menggunakan alat yang terbuat dari logam seperti panci dan penggorengan serta menggunakan kompor dengan bahan bakar minyak atau gas (LPG). Untuk masalah kesehatan, mereka percayakan kepada dokter dan obat- obat yang umum dijual di toko atau apotek. Dalam berpakaian, mereka menggunakan pakaian yang tidak melanggar norma atau aturan agama tapi masih ada juga yang memakai pakaian minim dengan perhiasan yang berlebihan.
5. Sistem mata pencaharian hidup
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka bekerja sebagai pegawai kantor, berwiraswasta, buruh pabrik dan ada juga yang bekerja sebagai kuli bangunan. Disini juga ada yang membuka home industri dan usaha meubel. Sebelum adanya pemetakan tanah, di daerah ini masih ada sawah untuk bercocok tanam sayur- sayuran.
6. Organisasi sosial
Dalam menjaga rasa kebersamaan dan kekeluargaan, dibentuk organisasi- organisasi seperti PKK untuk Ibu- ibu rumah tangga, Karang Taruna untuk para pemuda sebagai generasi penerus dan Remas bagi para remaja yang aktif dalam kegiatan kerohanian Islam. Untuk menjaga kebersihan kampung, diadakan kerja bakti sebulan sekali dengan cara gotong royong. Begitu juga dengan hubungan antara warga yang satu dengan yang lain dan dengan pemimpinnya (Ketua RT/ RW) terjalin dengan baik. Beliau sangat dihormati dan setia melayani warganya. Rasa kekeluargaan sudah tertanam dengan baik, disini terlihat dengan adanya warga kampung yang selalu berbondong- bondong menjenguk warga yang sakit dan berusaha membantu apabila mengalami kesusahan. Semuanya itu dilakukan dengan ikhlas, tanpa disuruh dan tanpa paksaan.
7. Sistem pengetahuan
Penduduk di Kupang Jaya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja keras. Tapi di tengah kesibukannya, mereka tidak melupakan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka berusaha menjaga kebersihan dengan kerja bakti dan menjaga keamanan dengan ronda malam. Untuk mengetahui keadaan dan ramalan cuaca, mereka cukup melihatnya dari media elektronik seperti Televisi. Apabila sedang sakit, mereka menggunakan obat- obatan yang banyak dijual di toko atau di apotek. Tapi masih ada juga warga yang mengenal obat dari tumbuh –tumbuhan seperti daun jarak untuk perut kembung, daun jambu biji untuk diare, jahe untuk menghangatkan badan dan banyak lagi yang lainnya.
8. Kesenian
Di daerah Kupang Jaya kegiatan kesenian masih banyak ditemui walaupun tidak ada yang memproduksi alat- alat dan benda seni atau kelompok- kelompok yang mengembangkan kesenian. Aktifitas seni di daerah ini hanya terlihat pada event- event tertentu seperti tari- tarian yang dilakukan pada awal acara. Biasanya yang banyak ditemui adalah tari Remo untuk pembukaan perayaan HUT Kemerdekaan Negara RI.
9. Sistem religi
Dalam sistem religi, jarang sekali ditemui masyarakat yang menganut aliran kepercayaan tertentu. Masyarakatnya sudah menganut agama- agama tertentu seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha dan mayoritas beragama Islam. Mereka menganut adat Jawa, disini dapat terlihat dari kehidupan sehari –hari seperti tahlil dan do’a untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini dilakukan selama 7 hari berturut- turut setelah meninggalnya, dilanjutkan 40 harinya, 100 hari sampai 1000 harinya. Mereka menyerahkan semua urusan dunia dan akhirat kepada Tuhan Yang Maha Esa termasuk urusan hidup dan mati.
Kesimpulan
Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia merupakan suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya. Kita wajib bersyukur dan berusaha menjaga kelestariannya agar tidak punah. Semua kekayaan itu tidak patut dibeda- bedakan dan dipermasalahkan, kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa agar tidak terpecah belah sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika. Kita sebagai pelajar dan generasi penerus bangsa harus mencintai dan melestarikan kebudayaan daerah dan nasional.
not too bat.!!!
BalasHapusIni sangat membantu saya
BalasHapus