*HIDUP TAK SEMUDAH UJIAN NASIONAL*
Oleh _Abu Yafi’ Romadhon_ ( Guru dan Pemerhati Remaja di Bojonegoro)
Tidak terasa anak-anakku yang sekarang kelas XII. Sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional (UN), hingga detik ini masih menjadi momok bagi mereka. Sekalipun tidak menentukan kelulusan. Jika ditanyakan: “sudah siapkah, kalian menghadapi UN?” Kompak satu kelas, bagaikan paduan suara menjawab, “beluuum”. Lalu pertanyaan selanjutnya, apa upaya yang kalian lakukan untuk mempersiapkannya? Mereka menjawab sekenanya. Yang intinya mereka tidak jelas, apa yang harus dipersiapkan.
Itulah kenyataan bahwa, sudah tahu jika ada tantangan di depan mata, mestinya ada upaya untuk mempersiapkan. Minimal membuat rencana dalam mempersiapkan UN. Karena ada ungkapan terkenal yakni, “berhasil membuat rencana, berarti merencanakan keberhasilan”. Sebaliknya, gagal membuat rencana, berarti merencanakan kegagalan. Akhirnya, kali ini saya membimbing mereka untuk membuat rencana dalam menghadapi UN. Semoga selain mereka merencanakan sukses UN, juga sukses mengarungi dunia ini dengan bekal iman dan Islam. Di akhirat kelak surgalah tempat yang layak.
*Juga Menimpa Kita Loh...*
Fenomena tersebut diatas, juga terjadi pada kita. Khususnya ketika menjalani kehidupan. Dalam menghadapi kehidupan yang fana ini, sudah jelas kita akan melewati tantangan berupa kematian yang hal tersebut bisa terjadi sewaktu-waktu. Muncul pertanyaan pada kita, sudah siapkah kita menghadapi kematian, tersebut? Lantas, apa rencana dalam menghadapi kematian tersebut? Sungguh inilah perenungan mendalam bagi seorang muslim. Lebih-lebih pejuang Islam yang saat ini sedang dalam beragam ujian.
Karenanya tiada salah bagi kita untuk menyiapkan bekal terbaik. Kelak kita akan bangga bahwa kita telah menanam di dunia ini dengan amal kebajikan. Kemudian di akhirat kita akan memanen dan berharap jannah firdaus. Alhamdulillah. Berikut kiranya beberapa hal yang dapat dilakukan;
_Satu_, tobat. Manusia bukanlah makhluk yang ma’shum yakni terbebas dosa. Manusia sedikit atau banyak sering terjatuh pada kemaksiatan. Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengetahui itu. Selama nyawa belum berada di tenggorokan dan matahari terbit dari barat, Allah Swt membuka pintu taubat. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (Ali ‘imran: 135)
_Kedua_, menjaga keimanan dan amal soleh. Iman merupakan syarat sukses di dunia dan akhirat. Tanpa iman sama halnya manusia tidak bersyukur kepada Allah Swt sebagai Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan. Menjaga iman ini dapat dilakukan dengan menuntut ilmu lalu mengamalkannya dalam kehidupan. Lebih-lebih jika mau mendakwahkan dan melanjutkan kehidupan Islam. Iman, Islam, dan ikhlas pula syarat diterimanya suatu amal manusia. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (al Baqoroh: 82)
_Ketiga_, menghindari amal salah. Hidup adalah pilihan. Ada baik dan buruk. Ada hina dan bahagia. Ada terpuji dan tercela. Akal yang telah diberikan Allah Swt hendaknya dimaksimalkan dengan baik untuk beramal. Berfikir sebelum bertindak adalah pilihan terbaik. Untuk menentukan baik dan buruk tidak dapat diserahkan kepada akal. Penyerahan terbaik adalah kepada syariah. Karena Allah Swt telah mentukan halal dan haram. Berpegang teguh pada lima standar perbuatan: wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram adalah inti dari itu semua.
*Inilah Rencanaku*
Kiranya, jika siswa-siswi kelas XII sudah menyiapkan diri dengan ikut bimbel, les privat, dan try out dengan sungguh-sungguh. Maka manusia begitu pula ketika hidup di dunia pun harus merencanakan dengan memiliki visi-misi di planet ini. Rencana yang harus dilakukan agar suskse yaitu dengan memperkuat kepribadian Islam. Caranya meningkatkan pola pikir Islami dengan mengkaji, membaca, dan menuntut ilmu. Serta meningkatkan pola sikap Islami dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah wajib dan sunnah. Niscaya tahapan itu mampu menghantarkan pada kebaikan kita. Hal yang lebih penting juga turut serta mewujudkan cita-cita besar umat Islam yakni dakwah untuk penegakan syariah dan Khilafah.
Wahai murid-muridku, hidup itu tak semudah ujian nasional. Tidak lulus UNAS masih bisa mengulang, namun jika tak lulus dalam kehidupan tak ada waktu pengulangan. Jika engkau sungguh-sungguh ingin lulus UNAS. Maka engkau juga harus sungguh-sungguh dalam menjalani hidup dengan ketiga resep dari bapak. Semoga! Wallahua’lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar