Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah jenawipun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
Nyawamu barang pasar hai orang-orang bebal !
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh dari orang papa
Majulah Joko Pandan ! Dimana ia ?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Joko Pandan ! Dimana ia ?
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda di tiap ayub menungging kuda
Joko Pandan ! Dimana ia ?
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagi kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan sorak sorai anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya
Karya : WS. Rendra
Dari : Ballada orang-orang tercinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar