Sebuah karya teater lahir dari satu proses pembelajaran yang
padu. Karena prinsip teater adalah kerjasama maka belajar teater
tidaklah hanya mempelajari elemen-elem yang ada di dalamnya tetapi
juga mempelajari kerja pengabungan di antaranya. Satu bidang harus
mampu dan mau menghargai bidang lain. Saling berbicara. Berdiskusi.
Memecahkan persoalan bersama dan menentukan satu keputusan yang
secara artistik adil bagi semua pihak. Dengan demikin dalam satu karya
teater, tidak hanya tergambar keindahan karya seni tetapi juga prinsip
kebersamaan. Membaca referensi atau buku teater tidaklah hanya untuk
menambah wawasan, pengetahuan, dan peningkatan kompetensi tetapi
juga untuk mengungkap makna kerja yang ada di sebalik ilmu.
Pemaknaan ini akan membawa satu sikap penghargaan profesi baik bagi
diri sendiri atau bagi orang yang bekerja pada bidang lain.
Secara mendalam, seni memang tidak hanya menghasilkan
sesuatu yang tampak (produk) tetapi juga mental atau jiwa para
pelakunya. Kualitas karya yang dihasilkan menggambarkan semangat
dan keadaan jiwa pembuatnya. Karena sifatnya yang kolaboratif maka
seni teater akan kehilangan spiritnya jika masing-masing bidang
berusaha untuk menonjol dan mengalahkan bidang lain. Dalam satu
proses pembelajaran hal semacam itu sering tejadi. Apalagi ketika proses
tersebut dinilai dan memiliki konsekuensi langsung bagi pelakunya. Satu
proses kerja bidang tertentu bahkan dinilai lebih tinggi dari bidang lain.
Dalam teater hal itu tidak berlaku. Satu bidang kecil memiliki makna yang
sama dengan bidang lain. Jika kualitas kerja salah satu bidang tidak baik
maka keseluruhan pertunjukan menjadi terpengaruh. Oleh karena itu,
kerja sekecil apapun dalam teater sangatlah penting. Sebuah langkah
yang besar selalu dimulai dari langkah kecil. Sebuah karya teater yang
besar merupakan penyatuan kerja elemen-elemen yang kecil.
Akhirnya menjadi maklumlah kita ketika seseorang berbicara
tentang teater maka ia akan membicarakan semua elemen yang ada di
dalamnya. Berbicara teater tidak hanya berbicara naskah atau sutradara
yang merajut proses atau aktor terkenal yang ikut terlibat di dalamnya.
Berbicara teater adalah berbicara tentang semua hal yang ada di
dalamnya. Hal itu akan menyangkut soal cerita, konsep, ketersampaian
cerita, tata rias dan busana, tata panggung dan cahaya, bahkan
penonton yang hadir di dalamnya. Kualitas ketersampaian pesan yang
diramu oleh para pekerja teater (pengarang, sutradara, aktor, penata
artistik) akan diketahui langsung oleh para penonton dalam sebuah
pertunjukan. Karena itu pulalah penonton merupkan kunci keberhasilan
sebuah pertunjukan. Respon atau tanggapan yang diberikan penonton
terhadap pertunjukan yang dilangsungkan merupakan tanda bagi
keberhasilan atau kegagalan pertunjukan tesebut dalam menyampaikan
pesan.
Begitu pentingnya pesan yang hendak disampaikan sehingga
semua elemen pendukung pementasan bekerja keras mewujudkannya.
Satu gagasan atau perwujudan karya menjadi indah dan menarik serta
memiliki kesatuan makna jika semua elemennya memiliki tujuan artistik
yang sama. Dalam sebuah lakon yang menceritakan tentang kesedihan,
maka semua komponen bekerja untuk memenuhi atmosfir kesedihan
yang diharapkan. Jika satu saja elemen berada di luar garis ini maka
kesatuan makna menjadi kabur. Semua elemen harus besatu. Memiliki
tujuan yang sama. Saling mendukung demi tercapaiya tujuan tersebut.
Oleh karena itulah, mempelajari teater tidak hanya mempelajari
satu bidang dan mengabaikan bidang lain. Memang perlu belajar satu
bidang secara khusus tetapi pemahaman atas bidang lain tidak bisa
diabaikan. Seorang aktor yang baik harus mengerti fungsi tata panggung
karena ia akan bermain di antara objek yang ditata di atas pentas. Ia
akan bermain dalam area yang diciptakan oleh penata panggung.
Demikian pula penata panggung harus mau memahami pola laku dan
gerak para aktor di atas pentas sehingga ruang yang diciptakan tidak
mengganggu bagi pergerakan aktor ketika bemain. Semua elemen harus
memahami hal ini, semua saling belajar, semua saling membantu, semua
saling mendukung. Untuk kepentingan inilah buku ini disusun. Jadi,
pelajarilah semuanya sesuai dengan tahapan yang benar.
Dramaturgi atau pengetahuan teater dasar merupakan pokok
pemahaman yang harus diperhatikan. Karya seni yang lahir dari
kreativitas dapat dialirkan kepada generasi berikutnya melalui catatancatatan.
Dramaturgi adalah catatan-catatan proses penciptaan seni
drama hingga sampai pementasannya. Catatan inti akan terus
berkembang seiring dengan perkembangan teater itu sendiri. Banyak
seniman yang lahir karena membaca atau mempelajari karya (catatan)
seniman yang lainnya. Karya baru yang dihasilkan oleh seniman itupun
pada nantinya juga akan menginspirasi karya yang lain. Demikian
berjalan secara berkesambungan. Satu karya mempengaruhi atau
terpengaruh oleh karya lain. Semua itu tidak berada dalam bingkai saling
meniru akan tetapi bingkai kreativitas yang terus berkembang dan
berkembang. Membaca catatan karya orang lain bukan dipahami sebagai
bentuk plagiarisme tetapi membaca untuk mempelajari, membaca untuk
menilhami, membaca untuk menginspirasi sehingga seni baru senantiasa
lahir. Disitulah sebetulnya letak fungsi hakiki dari sebuah pengetahuan.
Ketika sebuah gagasan muncul, maka ia perlu dinyatakan.
Gagasan hanya akan menjadi gagasan jika tidak diwujudkan. Dengan
berdasar pengetahuan dan keingintahuan dari membaca catatan
tersebut, sebuah gagasan dapat diwujudkan. Apapun bentuknya, apapun
kualitasnya gagasan tersebut harus menjadi sesuatu. Sesuatu yang
sangat berarti bagi si penggagas. Karya seni yang lebih mementingkan
proses, lebih menghargai pengalaman dari pada hasil akhir. Oleh sebab
itu, wujud awal dari sebuah gagasan harus mengalami proses
pembentukan. Dalam teater, semua bermula dari sebuah cerita. Tidak peduli berapa panjang cerita tersebut. Bahkan mungkin cerita itu hanya
merupakan satu rangkaian kalimat. Akan tetapi, dengan memahami
dasar-dasar penciptaan lakon yang mengedepankan pentingnya arti
konflik dalam teater, maka cerita yang satu kalimat itu pun dapat
dikembangkan. Minimal menjadi tiga kalimat yang masing-masing
mewakili pemaparan, konflik, dan penyelesaian. Hanya dengan cerita
yang sangat sederhana semacam ini, sebuah karya teater dapat
dilahirkan. Sebuah pertunjukan dapat digelar.
Dengan semangat dan ketekunan berlatih, cerita yang sudah
berhasil dicipta dapat diwujudkan ke dalam sebuah pementasan.
Kerjasama sebagai semangat seni teater dapat dijadikan acuan proses
penciptaan. Pengetahuan tentang dasar-dasar penyutradaraan,
pemeranan, dan tata artistik dapat diaplikasikan untuk mendukung karya
yang akan ditampilkan. Tidak perlu seorang diri mengerjakan semuanya.
Teater adalah kolketif, teater adalah kerjasama. Masing-masing bidang
dalam teater dapat dikerjakan oleh orang-orang tertentu yang tertarik di
bidang-bidang tersebut. Jika semuanya berbuat dalam semangat
kerjasama maka pergelaran karaya teater menjadi karya bersama yang
memiliki satu makna. Semua secara harmonis bekerja bersama
mendukung makna yang satu. Masing-masing bidang yang dibahas
dalam buku ini memberikan gambaran harmonisasi tersebut. Semua bisa
dipelajari secara mandiri, akan tetapi lebih berarti jika semua bidang
bersinergi. Semua berjalan dalam satu proses, dan proses adalah
belajar. Semangat belajar dalam teater tidak akan pernah bisa berhenti
karena teater senantiasa hidup dan berkembang. Ilmu yang didapatkan
sekarang tidak akan pernah cukup. Oleh karena itu maka tidak ada kata
lain selain belajar, belajar, dan belajar. Berkarya, berkarya, dan berkarya.
Catatan kecil yang kami sampaikan ini semoga dapat menjadi pemicu
semangat untuk terus belajar dan berkarya.
ARSITEKTUR
Agama
Air
Akuntansi
Artikel
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Bank Soal
Biologi
Budaya
Cerita
Cerpen
Fiksi
Fisika
Gizi
Internet
Kesehatan
Kesenian
Kimia
Komputer
Latihan Soal
Marketing
Matematika
Naskah Drama
Patiseri
Pengetahuan
Puisi
Resep Masakan
Sejarah
Sekretaris
Seks
Struktur
Teknologi
Tips
USAHA
bisnis
iklan
manajemen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar